Akhir2 ini muncul sebuah pertanyaan dibenak kita, "kenapa manusia tak pernah puas & jarang bersyukur?"

Pertanyaan ini muncul karna diri yang seolah tak pernah ada hentinya menginginkan sesuatu yang bahkan sudah dipunya atau belum dipunya tapi sbnrnya tdk perlu.

.

Contoh: Jalan ke Mall, liat gamis & khimar lucu jadi pengen beli, pdhl dirumah sudah punya setumpuk gamis dan khimar yang masih sangat layak dipakai. Alasan untuk membeli itu "kan gamis pink dengan motif begini belum ada." Padahal punya dua gamis warna pink, cuma beda corak.

.

Contoh kedua: liat katalog tupperw***, ada botol minuman yang warnanya pas banget seperti warna kesukaan. Beli. Padahal saya tipe yang jarang bawa minum kemana-mana.

Alhasil, botol minuman itu cuma jadi pajangan di lemari piring.

.

Jadi, menurutku, kita merasa membutuhkan sesuatu karena belum punya. Pas punya, pasti baru menyesal dan berkata dalam hati "ini ngapain pake beli sih tadi? Dipake juga enggak." Namanya juga penyesalan, letaknya dibelakang. Kalo didepan itu pendaftaran

.

Sering bersifat mubazir seperti ini? Kenapa kok kita manusia nggak pernah puas? Padahal mungkin kita sudah punya sesuatu melebihi dari yang kita inginkan itu? Jawabnya: karena kita kurang pandai bersyukur dan kurang bisa menghargai. Astaghfirullahaladzim, serakah ya?

.

oleh karena itu sebaiknya kita mengingatkan diri sendiri: jika menginginkan sesuatu, list dulu manfaat dan mudharatnya. Jika lebih banyak manfaatnya berarti kita memang membutuhkannya namun jika mudharatnya lebih banyak, nafsu dan ketamakanlah yang menguasai diri.



Memperbanyak syukur. Pagi pas bangun, ucapkan alhamdulillah karena Allah masih membangunkan kita setelah mati sementara. Melihat orang lain tertimpa hal buruk, bersyukurlah karena hal itu tidak terjadi padamu dan jangan lupa minta Allah untuk menolongnya keluar dari kesulitan itu.



Melihat orang lain mendapatkan kemudahan, bersyukurlah, semoga Allah memberikan hal yang sama kepadamu pula.









from One Day One Juz's Facebook Wall

Akhir2 ini muncul sebuah pertanyaan dibenak kita, "kenapa manusia tak pernah pua...

Akhir2 ini muncul sebuah pertanyaan dibenak kita, "kenapa manusia tak pernah puas & jarang bersyukur?"

Pertanyaan ini muncul karna diri yang seolah tak pernah ada hentinya menginginkan sesuatu yang bahkan sudah dipunya atau belum dipunya tapi sbnrnya tdk perlu.

.

Contoh: Jalan ke Mall, liat gamis & khimar lucu jadi pengen beli, pdhl dirumah sudah punya setumpuk gamis dan khimar yang masih sangat layak dipakai. Alasan untuk membeli itu "kan gamis pink dengan motif begini belum ada." Padahal punya dua gamis warna pink, cuma beda corak.

.

Contoh kedua: liat katalog tupperw***, ada botol minuman yang warnanya pas banget seperti warna kesukaan. Beli. Padahal saya tipe yang jarang bawa minum kemana-mana.

Alhasil, botol minuman itu cuma jadi pajangan di lemari piring.

.

Jadi, menurutku, kita merasa membutuhkan sesuatu karena belum punya. Pas punya, pasti baru menyesal dan berkata dalam hati "ini ngapain pake beli sih tadi? Dipake juga enggak." Namanya juga penyesalan, letaknya dibelakang. Kalo didepan itu pendaftaran

.

Sering bersifat mubazir seperti ini? Kenapa kok kita manusia nggak pernah puas? Padahal mungkin kita sudah punya sesuatu melebihi dari yang kita inginkan itu? Jawabnya: karena kita kurang pandai bersyukur dan kurang bisa menghargai. Astaghfirullahaladzim, serakah ya?

.

oleh karena itu sebaiknya kita mengingatkan diri sendiri: jika menginginkan sesuatu, list dulu manfaat dan mudharatnya. Jika lebih banyak manfaatnya berarti kita memang membutuhkannya namun jika mudharatnya lebih banyak, nafsu dan ketamakanlah yang menguasai diri.



Memperbanyak syukur. Pagi pas bangun, ucapkan alhamdulillah karena Allah masih membangunkan kita setelah mati sementara. Melihat orang lain tertimpa hal buruk, bersyukurlah karena hal itu tidak terjadi padamu dan jangan lupa minta Allah untuk menolongnya keluar dari kesulitan itu.



Melihat orang lain mendapatkan kemudahan, bersyukurlah, semoga Allah memberikan hal yang sama kepadamu pula.









from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar