KENAPA HARUS MENASEHATI MESKI BUKANLAH YANG TERBAIK

Hasan Al-Bashri pernah berkata:



"Wahai sekalian manusia, sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal AKU BUKANLAH ORANG YANG PALING SHALIH dan BUKAN YANG PALING BAIK DI ANTARA KALIAN. Sungguh, aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya, niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan." (Tafsir Qurthubi, 1/410)



Sa’id bin Jubair berkata:



"Jika tidak boleh melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar kecuali orang yang sempurna, niscaya tidak ada satu pun orang yang boleh melakukannya."



Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir Qurthubi, 1/410)



Hasan Al-Bashri pernah berkata kepada Mutharrif bin Abdillah:



“Wahai Mutharrif, nasihatilah teman-temanmu.”



Mutharrif mengatakan:



“Aku khawatir mengatakan yang tidak aku lakukan.”



Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan:



“Semoga Allah merahmatimu, siapakah di antara kita yang mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh Setan berharap bisa menjebak kalian dengan hal ini sehingga tidak ada seorang pun yang berani amar ma'ruf nahi munkar (menasihati).” (Tafsir Qurthubi, 1/410)



Ibnu Hajar menukil perkataan sebagian ulama:



“Amar ma'ruf itu wajib bagi orang yang mampu melakukannya dan tidak khawatir akan adanya bahaya yang menimpa dirinya, meskipun orang yang melakukan amar ma'ruf tersebut dalam kondisi bermaksiat. Secara umum, orang tersebut TETAP MENDAPATKAN PAHALA karena melaksanakan amar ma'ruf, TERLEBIH JIKA KATA-KATA ORANG TERSEBUT SANGAT DITAATI.



Sedangkan dosa yang dia miliki (atas maksiat yang dia lakukan), maka boleh jadi Allah ampuni dan boleh jadi Allah menyiksa karenanya.



Adapun orang yang beranggapan tidak boleh beramar ma'ruf kecuali orang yang tidak memiliki cacat, maka jika yang dia maksudkan adalah bahwa itulah yang ideal, maka itu adalah satu hal yang baik. Tapi jika tidak, maka anggapan tersebut berkonsekuensi MENUTUP PINTU AMAR MA'RUF, jika tidak ada orang yang memenuhi kriteria.” (Fathul Baari, 14/554)



Namun demikian, hendaklah setiap orang yang melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar senantiasa BERUSAHA mengamalkan kebaikan yang dia seru dan BERUSAHA meninggalkan keburukan yang dia larang.



Firman Allah Ta'ala:



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ



“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (As-Shaff: 2-3)



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:



“Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘SUNGGUH DULU AKU SERING MEMERINTAHKAN KEBAIKAN NAMUN AKU TIDAK MELAKSANAKANNYA. SEBALIKNYA, AKU JUGA MELARANG KEMUNKARAN TAPI AKU MENERJANGNYA'.” (HR. Bukhari dan Muslim)



(Copas dari tulisan Ustadz Aris Munandar di muslim.or.id dengan penyesuaian)



Semoga Bermanfaat









from One Day One Juz's Facebook Wall

KENAPA HARUS MENASEHATI MESKI BUKANLAH YANG TERBAIK Hasan Al-Bashri pernah berka...

KENAPA HARUS MENASEHATI MESKI BUKANLAH YANG TERBAIK

Hasan Al-Bashri pernah berkata:



"Wahai sekalian manusia, sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal AKU BUKANLAH ORANG YANG PALING SHALIH dan BUKAN YANG PALING BAIK DI ANTARA KALIAN. Sungguh, aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya, niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan." (Tafsir Qurthubi, 1/410)



Sa’id bin Jubair berkata:



"Jika tidak boleh melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar kecuali orang yang sempurna, niscaya tidak ada satu pun orang yang boleh melakukannya."



Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir Qurthubi, 1/410)



Hasan Al-Bashri pernah berkata kepada Mutharrif bin Abdillah:



“Wahai Mutharrif, nasihatilah teman-temanmu.”



Mutharrif mengatakan:



“Aku khawatir mengatakan yang tidak aku lakukan.”



Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan:



“Semoga Allah merahmatimu, siapakah di antara kita yang mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh Setan berharap bisa menjebak kalian dengan hal ini sehingga tidak ada seorang pun yang berani amar ma'ruf nahi munkar (menasihati).” (Tafsir Qurthubi, 1/410)



Ibnu Hajar menukil perkataan sebagian ulama:



“Amar ma'ruf itu wajib bagi orang yang mampu melakukannya dan tidak khawatir akan adanya bahaya yang menimpa dirinya, meskipun orang yang melakukan amar ma'ruf tersebut dalam kondisi bermaksiat. Secara umum, orang tersebut TETAP MENDAPATKAN PAHALA karena melaksanakan amar ma'ruf, TERLEBIH JIKA KATA-KATA ORANG TERSEBUT SANGAT DITAATI.



Sedangkan dosa yang dia miliki (atas maksiat yang dia lakukan), maka boleh jadi Allah ampuni dan boleh jadi Allah menyiksa karenanya.



Adapun orang yang beranggapan tidak boleh beramar ma'ruf kecuali orang yang tidak memiliki cacat, maka jika yang dia maksudkan adalah bahwa itulah yang ideal, maka itu adalah satu hal yang baik. Tapi jika tidak, maka anggapan tersebut berkonsekuensi MENUTUP PINTU AMAR MA'RUF, jika tidak ada orang yang memenuhi kriteria.” (Fathul Baari, 14/554)



Namun demikian, hendaklah setiap orang yang melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar senantiasa BERUSAHA mengamalkan kebaikan yang dia seru dan BERUSAHA meninggalkan keburukan yang dia larang.



Firman Allah Ta'ala:



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ



“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (As-Shaff: 2-3)



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:



“Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘SUNGGUH DULU AKU SERING MEMERINTAHKAN KEBAIKAN NAMUN AKU TIDAK MELAKSANAKANNYA. SEBALIKNYA, AKU JUGA MELARANG KEMUNKARAN TAPI AKU MENERJANGNYA'.” (HR. Bukhari dan Muslim)



(Copas dari tulisan Ustadz Aris Munandar di muslim.or.id dengan penyesuaian)



Semoga Bermanfaat









from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar