"Ah...mengapa pernikahan dinilai begitu rendahnya..."
Hanya punya teman sahur, bulan madu, kaya dan berkecukupan, foto-foto narsis, mesra berdua, sayang-sayangan, gombal-gombalan di ввм dan fesbuk.
Inikah alasan kenapa Rasulullah menyatakan pernikahan adalah sunnahnya?
Hanya untuk itu?
Padahal dalam ikatan pernikahanlah Rasulullah di peluk oleh Khadijah ketika menggigil dan demam demi di datangi Jibril Alaihisallam pertama
sekali.
Padahal dalam ikatan pernikahanlah Ali bin Abi Thalib menimba air hingga tangannya melepuh dan Ibunda Fathimah terluka tangannya bersebab menggiling gandum yang kasar.
Padahal dalam ikatan pernikahanlah Ummu Saudah berdiri hingga kaki berdarah untuk ikut shalat malam Rasulullah.
Kitalah yang mengkerdilkan pernikahan hingga menikah hilang maknanya.
Seolah pernikahan hanya bicara rumah, mobil, anak, sekolah, liburan, dan kesuksesan dunia semata.
Kita lupa soalan akhirat yang lebih indah, hingga ketika marah pun bernilai ibadah.
Bukankah marah seorang suami kepada istrinya karena perbuatan maksiat sang istri adalah bernilai amal shalih kepada sang suami sekaligus menyelamatkan sang istri dari kesesatan?
Bukankah marahnya seorang istri kepada suami karena membawa pulang makanan haram kerumah adalah bernilai kebaikan kepadanya dan anak-anaknya dan menyelamatkan sang suami dari jilatan api neraka?
Maka wahai yang meremehkan pernikahan, sadarlah.... Seandainya saja engkau tahu kebaikan dan keberkahan satu hari saja hidup bersama lelaki atau wanita shalih yang Allah halalkan kepada kita, tentu kita akan membuang faktor ketakutan remeh temeh yang lainnya.
Kembalikan lagi kepada niat yang lurus, apakah menikah karena ibadah dan sunnah atau hanya karena hal dunia yang lainnya? Renungan buat yanğ sudah dan akan berumahtangga.
Penulis: Ust. Rahmat Idris
from One Day One Juz's Facebook Wall
Hanya punya teman sahur, bulan madu, kaya dan berkecukupan, foto-foto narsis, mesra berdua, sayang-sayangan, gombal-gombalan di ввм dan fesbuk.
Inikah alasan kenapa Rasulullah menyatakan pernikahan adalah sunnahnya?
Hanya untuk itu?
Padahal dalam ikatan pernikahanlah Rasulullah di peluk oleh Khadijah ketika menggigil dan demam demi di datangi Jibril Alaihisallam pertama
sekali.
Padahal dalam ikatan pernikahanlah Ali bin Abi Thalib menimba air hingga tangannya melepuh dan Ibunda Fathimah terluka tangannya bersebab menggiling gandum yang kasar.
Padahal dalam ikatan pernikahanlah Ummu Saudah berdiri hingga kaki berdarah untuk ikut shalat malam Rasulullah.
Kitalah yang mengkerdilkan pernikahan hingga menikah hilang maknanya.
Seolah pernikahan hanya bicara rumah, mobil, anak, sekolah, liburan, dan kesuksesan dunia semata.
Kita lupa soalan akhirat yang lebih indah, hingga ketika marah pun bernilai ibadah.
Bukankah marah seorang suami kepada istrinya karena perbuatan maksiat sang istri adalah bernilai amal shalih kepada sang suami sekaligus menyelamatkan sang istri dari kesesatan?
Bukankah marahnya seorang istri kepada suami karena membawa pulang makanan haram kerumah adalah bernilai kebaikan kepadanya dan anak-anaknya dan menyelamatkan sang suami dari jilatan api neraka?
Maka wahai yang meremehkan pernikahan, sadarlah.... Seandainya saja engkau tahu kebaikan dan keberkahan satu hari saja hidup bersama lelaki atau wanita shalih yang Allah halalkan kepada kita, tentu kita akan membuang faktor ketakutan remeh temeh yang lainnya.
Kembalikan lagi kepada niat yang lurus, apakah menikah karena ibadah dan sunnah atau hanya karena hal dunia yang lainnya? Renungan buat yanğ sudah dan akan berumahtangga.
Penulis: Ust. Rahmat Idris
from One Day One Juz's Facebook Wall
Tidak ada komentar:
Posting Komentar