Ketika Mantan Preman Naik Haji
Meski baru berhaji, ia sudah mengumrahkan 70 orang. Ada preman juga.
Jemaah calon haji asal Lombok, Hamja Baeng Ismail, mantan preman yang bertobat.
Umi Kalsum | Selasa, 16 September 2014, 16:20 WIB
VIVAnews.com - Ini bukan cerita rekaan seperti sinetron 'Tukang Bubur Naik Haji', tetapi kejadian nyata menyangkut mantan preman yang mendapatkan hidayah berhaji. Namanya, Hamja Baeng Ismail.
Lelaki berkulit hitam ini merupakan ketua kelompok terbang 4 dari embarkasi Lombok. Ia bersama rombongannya mendarat di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, tanggal 5 September lalu. Meski terbang lebih dari 10 jam, wajahnya tetap memancarkan kebahagiaan. Petang itu, ia berada di 'kantor' sektor bandara untuk melaporkan kedatangan kloternya.
Hamja berbincang-bincang seputar penerbangan yang memakan waktu berjam-jam, juga dua jemaah dari kloternya yang batal terbang. Pria berkulit hitam yang ramah itu tiba-tiba saja membelokkan pembicaraan ke seputar kehidupan pribadinya.
Bahkan tak segan-segan ia mengaku sebagai pelaku kejahatan yang dalam istilah Jawa sering disingkat molimo (lima kejahatan yang dimulai dari huruf M). Molimo berarti madat (narkoba), madon (berzinah), minum (minuman keras), main (berjudi), dan maling. "Saya ini awalnya preman. Pelaku molimo," kata dia. Mengejutkan, tetapi menarik mendengar cerita seputar pengalaman spiritualnya mengenal Islam lebih dekat yang membuatnya insyaf.
Lelaki kelahiran 18 November 1965 menuturkan bagaimana ia berkecimpung di lembah hitam. Lulus SMA tanpa keahlian khusus yang dimilikinya, Hamja hanya bisa jadi pekerja serabutan. Di sinilah ia mengenal kehidupan preman. Saat itu hidupnya hanya seputar molimo. Senang, tapi hatinya merasa hampa.
Ia pun pelan-pelan mencoba meninggalkan dunia hitam. Delapan tahun silam, ia lalu mencoba berbisnis ekspor ikan tuna untuk memperbaiki kehidupan sosialnya. Bisnisnya sukses, uangnya banyak, tetapi hatinya masih hampa. Apalagi, teman-teman premannya tak pernah berhenti mempengaruhi, sehingga gaya hidupnya belum bisa berubah 100 persen.
Menjadi eksportir tuna tentu menuntut Hamja melek informasi dan internet untuk melancarkan bisnisnya. Melalui dunia maya ia berkenalan dengan Prof Dr Zakir Naiq, da'i dari India. Lewat perkenalan itu perlahan-lahan ia mengenal ajaran Islam lebih dalam. Sang da'i tidak pernah bosan memberikan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan Hamja seputar agama. Ia makin rajin bertanya, karena penjelasan Zakir Na'iq baginya sangat logis, ilmiah dan nyata.
"Jadi saya baru mengenal Islam secara benar termasuk tentang haji pada 2011," kata Hamja yang baru berhaji pertama kali.
Perubahan hidupnya ini tentu saja mengundang cibiran teman-temannya, namun Hamja tidak mau mengambil hati. Biasanya ia menanggapi sikap teman-temannya dengan santun. Hatinya pun lebih tenang. Tak hanya itu bisnisnya pun semakin moncer. Permintaan ekspor dari berbagai negara makin berdatangan.
Tahun itu juga ia menambah pengalaman spiritualnya dengan berumrah, bertaubat di depan Ka'bah. Ia juga menyedekahkan sebagian rezekinya dengan mengumrahkan sekitar 70 orang selama tiga tahun berturut-turut, mulai dari pegawainya sampai teman-temannya saat masih menjadi preman.
"Saya ingin mereka merasakan kenyaman dan lembutnya rasa cinta Allah kepada hamba-Nya yang bertaubat saat berumrah seperti yang saya rasakan waktu berumrah," ujar Hamja yang kemudian mencoba peruntungan di dunia politik. Lewat Pemilihan Legislatif April 2014 lalu, ia kini terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat dari salah satu partai politik.
Semoga jadi haji mabrur.
from One Day One Juz's Facebook Wall
Meski baru berhaji, ia sudah mengumrahkan 70 orang. Ada preman juga.
Jemaah calon haji asal Lombok, Hamja Baeng Ismail, mantan preman yang bertobat.
Umi Kalsum | Selasa, 16 September 2014, 16:20 WIB
VIVAnews.com - Ini bukan cerita rekaan seperti sinetron 'Tukang Bubur Naik Haji', tetapi kejadian nyata menyangkut mantan preman yang mendapatkan hidayah berhaji. Namanya, Hamja Baeng Ismail.
Lelaki berkulit hitam ini merupakan ketua kelompok terbang 4 dari embarkasi Lombok. Ia bersama rombongannya mendarat di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, tanggal 5 September lalu. Meski terbang lebih dari 10 jam, wajahnya tetap memancarkan kebahagiaan. Petang itu, ia berada di 'kantor' sektor bandara untuk melaporkan kedatangan kloternya.
Hamja berbincang-bincang seputar penerbangan yang memakan waktu berjam-jam, juga dua jemaah dari kloternya yang batal terbang. Pria berkulit hitam yang ramah itu tiba-tiba saja membelokkan pembicaraan ke seputar kehidupan pribadinya.
Bahkan tak segan-segan ia mengaku sebagai pelaku kejahatan yang dalam istilah Jawa sering disingkat molimo (lima kejahatan yang dimulai dari huruf M). Molimo berarti madat (narkoba), madon (berzinah), minum (minuman keras), main (berjudi), dan maling. "Saya ini awalnya preman. Pelaku molimo," kata dia. Mengejutkan, tetapi menarik mendengar cerita seputar pengalaman spiritualnya mengenal Islam lebih dekat yang membuatnya insyaf.
Lelaki kelahiran 18 November 1965 menuturkan bagaimana ia berkecimpung di lembah hitam. Lulus SMA tanpa keahlian khusus yang dimilikinya, Hamja hanya bisa jadi pekerja serabutan. Di sinilah ia mengenal kehidupan preman. Saat itu hidupnya hanya seputar molimo. Senang, tapi hatinya merasa hampa.
Ia pun pelan-pelan mencoba meninggalkan dunia hitam. Delapan tahun silam, ia lalu mencoba berbisnis ekspor ikan tuna untuk memperbaiki kehidupan sosialnya. Bisnisnya sukses, uangnya banyak, tetapi hatinya masih hampa. Apalagi, teman-teman premannya tak pernah berhenti mempengaruhi, sehingga gaya hidupnya belum bisa berubah 100 persen.
Menjadi eksportir tuna tentu menuntut Hamja melek informasi dan internet untuk melancarkan bisnisnya. Melalui dunia maya ia berkenalan dengan Prof Dr Zakir Naiq, da'i dari India. Lewat perkenalan itu perlahan-lahan ia mengenal ajaran Islam lebih dalam. Sang da'i tidak pernah bosan memberikan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan Hamja seputar agama. Ia makin rajin bertanya, karena penjelasan Zakir Na'iq baginya sangat logis, ilmiah dan nyata.
"Jadi saya baru mengenal Islam secara benar termasuk tentang haji pada 2011," kata Hamja yang baru berhaji pertama kali.
Perubahan hidupnya ini tentu saja mengundang cibiran teman-temannya, namun Hamja tidak mau mengambil hati. Biasanya ia menanggapi sikap teman-temannya dengan santun. Hatinya pun lebih tenang. Tak hanya itu bisnisnya pun semakin moncer. Permintaan ekspor dari berbagai negara makin berdatangan.
Tahun itu juga ia menambah pengalaman spiritualnya dengan berumrah, bertaubat di depan Ka'bah. Ia juga menyedekahkan sebagian rezekinya dengan mengumrahkan sekitar 70 orang selama tiga tahun berturut-turut, mulai dari pegawainya sampai teman-temannya saat masih menjadi preman.
"Saya ingin mereka merasakan kenyaman dan lembutnya rasa cinta Allah kepada hamba-Nya yang bertaubat saat berumrah seperti yang saya rasakan waktu berumrah," ujar Hamja yang kemudian mencoba peruntungan di dunia politik. Lewat Pemilihan Legislatif April 2014 lalu, ia kini terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Barat dari salah satu partai politik.
Semoga jadi haji mabrur.
from One Day One Juz's Facebook Wall
Tidak ada komentar:
Posting Komentar