Menghibur Diri Agar Sabar Menempuh Jalan Ketaqwaan



Suatu kali, dua orang yang memikul dua batang pohon yang sangat berat berjalan di depan kediaman saya. Keduanya mendendangkan nyanyia-nyanyian yang saling bersahutan. Mereka mengucapkan kata-kata yang sangat menghibur. Yang satu mendengarkan apa yang didendangkan temannya, kemudian ia mengulanginya ataupun menyahut seperti yang diucapkannya, begitu pula sebaliknya. Saya menyadari jika mereka tak melakukan hal itu, pasti mereka akan merasa bahwa beban yang mereka bawa sangatlah memberatkan.



Akan tetapi, tatkala mereka melakukan itu, semuanya menjadi terasa demikian ringan. Saya kemudian merenungkan apa penyebabnya. Ternyata dialog mereka lewat nyanyian dan pengalihan perhatian mereka dari beratnya beban kepada sesuatu yang menyenangkan, dapat membuat perjalanan yang panjang tak terasa melelahkan dan membuat mereka lupa akan beban yang tengah mereka pikul.



Saya menangkap suatu isyarat dan pelajaran yang sangat menarik dari perilaku kedua orang itu. Setelah saya memperhatikan, sebenarnya, manusia sedang mengemban beban yang berat saat ini. Yang paling berat adalah menaklukkan hawa nafsu, bersabar untuk tidak melakukan apa yang ia senangi dan bisa mengatasi apa yang ia benci. Oleh karena itu, menurut saya, cara yang benar untuk menjadikan diri kita sabar menghadapi semua itu ialah dengan cara menghibur diri dan menenangkan jiwa. Seorang penyair pernah berkata,



Jika engkau merasa jiwamu berat dipagi hari

Janjikanlah ia dengan sinarnya di waktu duha



Cara tersebut bias kita contoh dari apa yang terjadi pada Bisyr al-Hafi. Suatu ketika ia berjalan dengan seorang laki-laki. Temannya itu kemudian merasa haus dan berkata kepadanya, “Mungkinkah kita minum dari air sumur ini?” Bisyr al-Hafi berkata, “Bersabarlah, kita minum disumber air yang lain saja.” Tatkala keduanya sampai disumur yang lain, Bisyr berkata, “Kita minum disumber yang lain lagi.” Demikian ia terus memberikan alasan setiap bertemu dengan sumber air. Bisyr lalu menoleh kepada laki-laki itu dan berkata, “Begitulah semestinya dunia ini kita lewati.”



Barang siapa yang memahami hal itu, ia akan memberikan alasan-alasan yang menghibur nafsunya. Hal itu diperlukan untuk menekannya agar ia bersabar dengan beban yang sedang dipikulnya. Beberapa orang salaf dahulu berkata kepada dirinya sendiri, “Aku melarangmu melakukan apa yang engkau senangi karena aku sangat saying padamu. “Abu Yazid berkata, “Aku terus saja menggiring jiwaku semakin dekat kepada Allah dalam keadaan menangis, sampai akhirnya aku bias membawa jiwaku kepadanya sambil ia tertawa.”



Ketahuilah, dalam memperlakukan jiwa diperlukan sikap kita yang lemah lembut, sehingga tanpa terasa kita akan melewati jalan-jalan penuh rintangan dengan perasaan ringan. Itu hanyalah sebagian contoh saja. Saya cukupkan penjelasan tentang hal itu sampai disini.



(Imam Ibnu Al-Jauziy, Shaidul Khathir)









from One Day One Juz's Facebook Wall

Menghibur Diri Agar Sabar Menempuh Jalan Ketaqwaan Suatu kali, dua orang yang m...

Menghibur Diri Agar Sabar Menempuh Jalan Ketaqwaan



Suatu kali, dua orang yang memikul dua batang pohon yang sangat berat berjalan di depan kediaman saya. Keduanya mendendangkan nyanyia-nyanyian yang saling bersahutan. Mereka mengucapkan kata-kata yang sangat menghibur. Yang satu mendengarkan apa yang didendangkan temannya, kemudian ia mengulanginya ataupun menyahut seperti yang diucapkannya, begitu pula sebaliknya. Saya menyadari jika mereka tak melakukan hal itu, pasti mereka akan merasa bahwa beban yang mereka bawa sangatlah memberatkan.



Akan tetapi, tatkala mereka melakukan itu, semuanya menjadi terasa demikian ringan. Saya kemudian merenungkan apa penyebabnya. Ternyata dialog mereka lewat nyanyian dan pengalihan perhatian mereka dari beratnya beban kepada sesuatu yang menyenangkan, dapat membuat perjalanan yang panjang tak terasa melelahkan dan membuat mereka lupa akan beban yang tengah mereka pikul.



Saya menangkap suatu isyarat dan pelajaran yang sangat menarik dari perilaku kedua orang itu. Setelah saya memperhatikan, sebenarnya, manusia sedang mengemban beban yang berat saat ini. Yang paling berat adalah menaklukkan hawa nafsu, bersabar untuk tidak melakukan apa yang ia senangi dan bisa mengatasi apa yang ia benci. Oleh karena itu, menurut saya, cara yang benar untuk menjadikan diri kita sabar menghadapi semua itu ialah dengan cara menghibur diri dan menenangkan jiwa. Seorang penyair pernah berkata,



Jika engkau merasa jiwamu berat dipagi hari

Janjikanlah ia dengan sinarnya di waktu duha



Cara tersebut bias kita contoh dari apa yang terjadi pada Bisyr al-Hafi. Suatu ketika ia berjalan dengan seorang laki-laki. Temannya itu kemudian merasa haus dan berkata kepadanya, “Mungkinkah kita minum dari air sumur ini?” Bisyr al-Hafi berkata, “Bersabarlah, kita minum disumber air yang lain saja.” Tatkala keduanya sampai disumur yang lain, Bisyr berkata, “Kita minum disumber yang lain lagi.” Demikian ia terus memberikan alasan setiap bertemu dengan sumber air. Bisyr lalu menoleh kepada laki-laki itu dan berkata, “Begitulah semestinya dunia ini kita lewati.”



Barang siapa yang memahami hal itu, ia akan memberikan alasan-alasan yang menghibur nafsunya. Hal itu diperlukan untuk menekannya agar ia bersabar dengan beban yang sedang dipikulnya. Beberapa orang salaf dahulu berkata kepada dirinya sendiri, “Aku melarangmu melakukan apa yang engkau senangi karena aku sangat saying padamu. “Abu Yazid berkata, “Aku terus saja menggiring jiwaku semakin dekat kepada Allah dalam keadaan menangis, sampai akhirnya aku bias membawa jiwaku kepadanya sambil ia tertawa.”



Ketahuilah, dalam memperlakukan jiwa diperlukan sikap kita yang lemah lembut, sehingga tanpa terasa kita akan melewati jalan-jalan penuh rintangan dengan perasaan ringan. Itu hanyalah sebagian contoh saja. Saya cukupkan penjelasan tentang hal itu sampai disini.



(Imam Ibnu Al-Jauziy, Shaidul Khathir)









from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar