Menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur'anun karim ---



bagi seorang muslim--- tergolong kepada amalan sunnah yang utama. Al-Qur'an adalah kalam Allah yang penuh mukjizat dan sekaligus menjadi petunjuk yang diberikan-Nya untuk menuntun manusia menuju ke arah kehidupannya yang hakiki. Karena itu, wajar sekali jika siapapun yang membaca Al-Qur'an dengan khusyu' dan perenungan yang mendalam kelak akan mendapatkan syafaat, sebagaimana ucapan rasulullah di atas.



Dalam sebuah hadits lain yang diriwayatkan Abu Musa, Nabi SAW bersabda : "Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah jeruk yang harum baunya dan lezat rasanya" (HR. Bukhari). Sehingga seseorang yang bacaannya baik, kemudian mengamalkan dengan penuh keikhlasan akan mengantarnya meraih kepribadian (syaksiyah) yang bermutu tinggi. Hal ini juga ditegaskan Allah SWT, seperti dalam firman-Nya : " Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitabullah dan menegakkan shalat dan menafkahkan apa yang telah kami rizkikan kepada mereka dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan adalah orang-orang yang mengharapkan perniagaan yang tiada merugi" (QS Fathir [35]:29).



Kita tentu saja berharap agar dapat memenuhi semua wasiat Rasulullah SAW dan melakukan perniagaan dengan Allah yang amat besar keuntungannya tersebut. Sebab kita meyakini secara pasti (tashdiq al-jazm) bahwa AL-Qur'an adalah kitab yang haq. Pada saat yang sama kita pun menerimanya dengan penuh keimanan. Kita yakin pula, siapa saja yang tetap berpegang teguh kepada kitab samawi itu akan mendapatkan kebahagiaan di negeri akhirat dan keselamatan di dunia. Bahkan, akan mampu menduduki posisi terhormat di tengah peradaban manusia, sebagaimana ditunjukkan bangsa muslim terdahulu.



Sejak pertama turun di Makkah, Al-Qur'an tidak pernah putus menjadi pusat perhatian manusia. tidak seorangpun yang kuasa menandingi ketinggian firman tersebut,meski sebagian dari mereka tetap mengingkari karena kebodohan dan kesombongannya. Al-Qur'an adalah samudera tempat berenang para pencari ilmu. Tempat dimana manusia tidak akan pernah puas mencari petunjuk dan keutamaan hidup. Sebab itulah Al-Qur'an tetap berlaku sepanjang zaman, sebagaimana dijanjikan oleh Allah.



Kita pun pasti tak ingin jika hanya sebatas mampu membaca Al-Qur'an yang indah gaya bahasanya itu. Sumpama penyelam, sewajarnya kita pun berminat menembus kedalaman untuk mencari mutiara yang indah berharga di dasar samudera yang tak ada batasnya itu. Kita berhasrat sekali untuk mengetahui kandungan Al-Qur'an yang tersurat maupun tersirat. Yang dengan upaya seperti itu kaum muslimin (klasik) mampu meraih kegemilangan dalam sejarah mereka.



Sabda Rasulullah SAW : "Sebaik-baiknya orang diantara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya" (HR. bukhari). Demikian nabi mensifati seorang muslim yang mau mendalami Al-Qur'an dengan keseriusan sebagai manusia yang istimewa. Orang yang belajar dan mengajarkan dipandang sama-sama mulianya. Sewajarnya, sebab dengan usaha seperti itulah risalah suci Islam akan tetap lestari.



Hanya saja, lestarinya Islam tentu saja apabila apresiasi terhadap Al-Qur'an tadi juga diikuti dengan ketundukan terhadap hukum-hukumnya. Pembahasan Al-Qur'an dengan membatasi diri pada aspek keilmiahannya saja misalnya, cuma akan menuju kesia-siaan. Syeikhul Islam,Ibnu Taimiyah mengatakan :"Barangsiapa tidak mau membaca Al-Qur'an berarti ia menghindarinya dan barangsiapa membaca Al-Qur'an namun tidak menghayati maknanya maka berarti pula menghindarinya. Dan barangsiapa yang membaca Al-Qur'an dan mengahayati artinya, tapi tidak mau mengamalkan isinya/kandungannya maka iapun menghindarinya". Ia kemudian menunjuk sebuah ayat :"berkatalah Rasul : Ya Tuhanku ! Sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur'an ini sesuatu yang tidak diacuhkan" (QS Al-Furqon[25]:30).



Mempelajari Al-Qur'an dengan segala kesungguhan berarti kita telah mensyukuri salah satu nikmat Allah terbesar. Hanya karena kekerasan hati saja, manusia berani mengabaikan serta meminggirkan Al-Qur'an dalam pergulatan kehidupan. Agar itu tidak sampai terjadi,jauh-jauh hari Rasulullah mengingatkan kepada ummatnya agar menyelami kitabullah menurut kadar kemampuan masing-masing yang maksimal. Nabi SAW bersabda :"Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah tersebut dengan kemampuannya" (Muttafaq 'alaih).



Wallahua'lam bisshowab



Zainal Alimuslim









from One Day One Juz's Facebook Wall

Menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur'anun karim --- bagi seorang muslim--- te...

Menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur'anun karim ---



bagi seorang muslim--- tergolong kepada amalan sunnah yang utama. Al-Qur'an adalah kalam Allah yang penuh mukjizat dan sekaligus menjadi petunjuk yang diberikan-Nya untuk menuntun manusia menuju ke arah kehidupannya yang hakiki. Karena itu, wajar sekali jika siapapun yang membaca Al-Qur'an dengan khusyu' dan perenungan yang mendalam kelak akan mendapatkan syafaat, sebagaimana ucapan rasulullah di atas.



Dalam sebuah hadits lain yang diriwayatkan Abu Musa, Nabi SAW bersabda : "Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah jeruk yang harum baunya dan lezat rasanya" (HR. Bukhari). Sehingga seseorang yang bacaannya baik, kemudian mengamalkan dengan penuh keikhlasan akan mengantarnya meraih kepribadian (syaksiyah) yang bermutu tinggi. Hal ini juga ditegaskan Allah SWT, seperti dalam firman-Nya : " Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitabullah dan menegakkan shalat dan menafkahkan apa yang telah kami rizkikan kepada mereka dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan adalah orang-orang yang mengharapkan perniagaan yang tiada merugi" (QS Fathir [35]:29).



Kita tentu saja berharap agar dapat memenuhi semua wasiat Rasulullah SAW dan melakukan perniagaan dengan Allah yang amat besar keuntungannya tersebut. Sebab kita meyakini secara pasti (tashdiq al-jazm) bahwa AL-Qur'an adalah kitab yang haq. Pada saat yang sama kita pun menerimanya dengan penuh keimanan. Kita yakin pula, siapa saja yang tetap berpegang teguh kepada kitab samawi itu akan mendapatkan kebahagiaan di negeri akhirat dan keselamatan di dunia. Bahkan, akan mampu menduduki posisi terhormat di tengah peradaban manusia, sebagaimana ditunjukkan bangsa muslim terdahulu.



Sejak pertama turun di Makkah, Al-Qur'an tidak pernah putus menjadi pusat perhatian manusia. tidak seorangpun yang kuasa menandingi ketinggian firman tersebut,meski sebagian dari mereka tetap mengingkari karena kebodohan dan kesombongannya. Al-Qur'an adalah samudera tempat berenang para pencari ilmu. Tempat dimana manusia tidak akan pernah puas mencari petunjuk dan keutamaan hidup. Sebab itulah Al-Qur'an tetap berlaku sepanjang zaman, sebagaimana dijanjikan oleh Allah.



Kita pun pasti tak ingin jika hanya sebatas mampu membaca Al-Qur'an yang indah gaya bahasanya itu. Sumpama penyelam, sewajarnya kita pun berminat menembus kedalaman untuk mencari mutiara yang indah berharga di dasar samudera yang tak ada batasnya itu. Kita berhasrat sekali untuk mengetahui kandungan Al-Qur'an yang tersurat maupun tersirat. Yang dengan upaya seperti itu kaum muslimin (klasik) mampu meraih kegemilangan dalam sejarah mereka.



Sabda Rasulullah SAW : "Sebaik-baiknya orang diantara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya" (HR. bukhari). Demikian nabi mensifati seorang muslim yang mau mendalami Al-Qur'an dengan keseriusan sebagai manusia yang istimewa. Orang yang belajar dan mengajarkan dipandang sama-sama mulianya. Sewajarnya, sebab dengan usaha seperti itulah risalah suci Islam akan tetap lestari.



Hanya saja, lestarinya Islam tentu saja apabila apresiasi terhadap Al-Qur'an tadi juga diikuti dengan ketundukan terhadap hukum-hukumnya. Pembahasan Al-Qur'an dengan membatasi diri pada aspek keilmiahannya saja misalnya, cuma akan menuju kesia-siaan. Syeikhul Islam,Ibnu Taimiyah mengatakan :"Barangsiapa tidak mau membaca Al-Qur'an berarti ia menghindarinya dan barangsiapa membaca Al-Qur'an namun tidak menghayati maknanya maka berarti pula menghindarinya. Dan barangsiapa yang membaca Al-Qur'an dan mengahayati artinya, tapi tidak mau mengamalkan isinya/kandungannya maka iapun menghindarinya". Ia kemudian menunjuk sebuah ayat :"berkatalah Rasul : Ya Tuhanku ! Sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur'an ini sesuatu yang tidak diacuhkan" (QS Al-Furqon[25]:30).



Mempelajari Al-Qur'an dengan segala kesungguhan berarti kita telah mensyukuri salah satu nikmat Allah terbesar. Hanya karena kekerasan hati saja, manusia berani mengabaikan serta meminggirkan Al-Qur'an dalam pergulatan kehidupan. Agar itu tidak sampai terjadi,jauh-jauh hari Rasulullah mengingatkan kepada ummatnya agar menyelami kitabullah menurut kadar kemampuan masing-masing yang maksimal. Nabi SAW bersabda :"Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah tersebut dengan kemampuannya" (Muttafaq 'alaih).



Wallahua'lam bisshowab



Zainal Alimuslim









from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar