Sharing Mutiara Senin:

󾕅KOIN PENYOK 󾕏



Seorang lelaki berjalan tak tentu arah dengan rasa

putus asa. Kondisi finansial keluarganya morat-

marit. Saat menyusuri jalanan sepi, kakinya

terantuk sesuatu.

Ia membungkuk & menggerutu kecewa. "Uh,

hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok."

Meskipun begitu ia membawa koin itu ke bank.

"Sebaiknya koin in dibawa ke kolektor uang

kuno", kata teller itu memberi saran. Lelaki itu

membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali,

koinnya dihargai 30 dollar.

Lelaki itu begitu senang. Saat lewat toko

perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu obral.

Dia pun membeli kayu seharga 30 dollar untuk

membuat rak buat istrinya. Dia memanggul kayu

tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel

pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah

terlatih melihat kayu bermutu yang dipanggul

lelaki itu. Dia menawarkan lemari 100 dollar

untuk menukar kayu itu. Setelah setuju, dia

meminjam gerobak untuk membawa pulang

lemari itu.

Dalam perjalanan dia melewati perumahan.

Seorang wanita melihat lemari yang indah itu &

menawarnya 200 dollar. Lelaki itu ragu-ragu. Si

wanita menaikkan tawarannya menjadi 250

dollar. Lelaki itupun setuju.

Saat sampai di pintu desa, dia ingin memastikan

uangnya. Ia merogoh sakunya dan menghitung

lembaran bernilai 250 dollar.

Tiba-tiba seorang perampok datang,

mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu

kabur.

Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati

suaminya dan bertanya,

"Apa yang terjadi?

Engkau baik-baik saja kan?

Apa yang diambil perampok tadi?"

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh,

bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang

kutemukan tadi pagi".

Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun,

kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang

berlebihan?

Sebaliknya, sepatutnya kita bersyukur atas segala

yang telah kita miliki, karena ketika datang &

pergi kita tidak membawa apa-apa.

Menderita karena melekat. Bahagia karena

melepas.

Karena demikianlah hakikat sejatinya kehidupan,

apa yang sebenarnya yang kita punya dalam

hidup ini?

Tidak ada, karena bahkan napas kita saja bukan

kepunyaan kita dan tidak bisa kita genggam

selamanya.

Hidup itu perubahan dan pasti akan berubah.

Saat kehilangan sesuatu kembalilah ingat bahwa

sesungguhnya kita tidak punya apa-apa jadi

"kehilangan" itu tidaklah nyata dan tidak akan

pernah menyakitkan Kehilangan hanya sebuah

tipuan pikiran yang penuh dengan ke"aku"an.

Ke"aku"an lah yang membuat kita menderita.

Rumahku, hartaku, istriku, anakku. Lahir tidak

membawa apa-apa, meninggal pun sendiri, tidak

ajak apa-apa dan siapa-siapa.

Pada waktunya "let it go", siapapun yang bisa

melepas, tidak melekat, tidak menggenggam erat

maka dia akan bahagia .

Semoga bermanfaat









from One Day One Juz's Facebook Wall

Sharing Mutiara Senin: 󾕅KOIN PENYOK 󾕏 Seorang lelaki berjalan tak tentu arah de...

Sharing Mutiara Senin:

󾕅KOIN PENYOK 󾕏



Seorang lelaki berjalan tak tentu arah dengan rasa

putus asa. Kondisi finansial keluarganya morat-

marit. Saat menyusuri jalanan sepi, kakinya

terantuk sesuatu.

Ia membungkuk & menggerutu kecewa. "Uh,

hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok."

Meskipun begitu ia membawa koin itu ke bank.

"Sebaiknya koin in dibawa ke kolektor uang

kuno", kata teller itu memberi saran. Lelaki itu

membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali,

koinnya dihargai 30 dollar.

Lelaki itu begitu senang. Saat lewat toko

perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu obral.

Dia pun membeli kayu seharga 30 dollar untuk

membuat rak buat istrinya. Dia memanggul kayu

tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel

pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah

terlatih melihat kayu bermutu yang dipanggul

lelaki itu. Dia menawarkan lemari 100 dollar

untuk menukar kayu itu. Setelah setuju, dia

meminjam gerobak untuk membawa pulang

lemari itu.

Dalam perjalanan dia melewati perumahan.

Seorang wanita melihat lemari yang indah itu &

menawarnya 200 dollar. Lelaki itu ragu-ragu. Si

wanita menaikkan tawarannya menjadi 250

dollar. Lelaki itupun setuju.

Saat sampai di pintu desa, dia ingin memastikan

uangnya. Ia merogoh sakunya dan menghitung

lembaran bernilai 250 dollar.

Tiba-tiba seorang perampok datang,

mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu

kabur.

Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati

suaminya dan bertanya,

"Apa yang terjadi?

Engkau baik-baik saja kan?

Apa yang diambil perampok tadi?"

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh,

bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang

kutemukan tadi pagi".

Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun,

kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang

berlebihan?

Sebaliknya, sepatutnya kita bersyukur atas segala

yang telah kita miliki, karena ketika datang &

pergi kita tidak membawa apa-apa.

Menderita karena melekat. Bahagia karena

melepas.

Karena demikianlah hakikat sejatinya kehidupan,

apa yang sebenarnya yang kita punya dalam

hidup ini?

Tidak ada, karena bahkan napas kita saja bukan

kepunyaan kita dan tidak bisa kita genggam

selamanya.

Hidup itu perubahan dan pasti akan berubah.

Saat kehilangan sesuatu kembalilah ingat bahwa

sesungguhnya kita tidak punya apa-apa jadi

"kehilangan" itu tidaklah nyata dan tidak akan

pernah menyakitkan Kehilangan hanya sebuah

tipuan pikiran yang penuh dengan ke"aku"an.

Ke"aku"an lah yang membuat kita menderita.

Rumahku, hartaku, istriku, anakku. Lahir tidak

membawa apa-apa, meninggal pun sendiri, tidak

ajak apa-apa dan siapa-siapa.

Pada waktunya "let it go", siapapun yang bisa

melepas, tidak melekat, tidak menggenggam erat

maka dia akan bahagia .

Semoga bermanfaat









from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar