Tampil Modis Dulu, Baru Dapet Jodoh



Modis itu… nggak kedodoran!



Jilbab digulung kecil mencekik leher.



Modis itu… Baju yang lagi ngetrend saat ini. Yang bisa menampilkan lekuk tubuh. Celana legging yang pas di kaki.



Beberapa waktu yang lalu, di penghujung jam kerja tiba-tiba HP saya berbunyi. Salah seorang kenalan, Ikhwan, yang tinggal jauh di Surabaya berkirim SMS. Lebih kurang berbunyi, ‘Rasanya miris sekali. Hatiku sedih menyaksikan fenomena sekarang ini. Ketika sedang berjalan mata ini harus menyaksikan banyak saudari-saudari­ku, para muslimah, memakai jilbab tapi lekuk tubuh mereka tampak dengan jelas.’



Usai membaca SMS itu, saya langsung teringat pada sebuah perbincangan dengan beberapa teman di sebuah organisasi. Salah seorang teman berkata, “Sekarang Mbak Najwa sudah tidak memakai jilbab loh.”



Saya tercengang mendengar itu. Ah gak mungkin! Hati ini membantah. “Iya, aku juga melihatnya.” Sahut yang lain. “Yaa Allah, kok bisa?” “Suaminya gak mengijinkan. Katanya kalau pakai jilbab jadi kelihatan tua.”



Saya tetap terkejut meskipun belum bisa percaya sepenuhnya. Saya tahu betul, siapa sosok Najwa, dan bagaimana perjuangan dakwahnya ketika itu. Namun, tidak lama kemudian, saya juga mendapat info dari sumber yang dapat dipercaya. Najwa memang tidak lagi memakai jilbab. Ia melakukan itu, demi suaminya. Seiring berjalannya waktu, saya mulai lupa dengan kondisi teman saya tersebut apalagi kami sudah tidak pernah berkomunikasi lagi.



Di hari selanjutnya, sore, saya kembali aktif mengunjungi salah satu blog saya yang sejak gabung di FB, jarang sekali saya kunjungi. Karena rindu dan ingin mengetahui kabar terbaru sahabat lama, sayapun mengklik photo-photo koleksinya. Teman yang dulu semua orang tahu, pakaiannya rapat menyentuh tanah, dengan jilbab yang lebar melampau pinggul. Anggun. Keakhwatannya benar-benar memancar dari aura pakaiannya yang besar tanpa menyisakan sedikitpun bentuk tubuhnya. Dulu saya senang kami bisa sering bersama-sama. Tapi… sore itu, perasaan saya agak tersentil saat melihat koleksi photo-photo terbarunya. Ada perubahan di sana. Ia tampak langsing dengan bentuk tubuh yang membentuk jelas. Masih kurang percaya dengan penglihatan mata ini, saya kedip-kedipkan keduanya untuk memastikan bahwa saya tidak salah lihat mengenai tanggalan yang tertera. Benar, saya tidak salah. Tanggalan itu baru beberapa hari saja berlalu. Kebetulan saya memang sedang chating dengannya setelah lama tidak berjumpa di dunia nyata.



“Eh, photomu beda? Tampak langsing sekarang.”

“Hehe.. iya, calon suamiku tidak suka aku pake baju seperti yang dulu. Dia ingin aku lebih modis.” Balasnya.

“Oh…” Bibir ini hanya mampu mendesis prihatin. Sangat disayangkan sekali. Padahal, ia tampak sangat anggun dengan pakaiannya sebelum ini. Sampai di sini, saya hanya mampu bertanya dalam sendiri, ‘Untuk disukai seorang pria, haruskah kita melakukan ini? Merenovasi diri, dengan menganggap remeh perintah illahi, untuk mematuhi perintah orang yang dicintai? Untuk dicintai pria, haruskah kita menanggalkan ketaatan yang telah ada? Lalu apa tujuan menikah? Bukankah tujuan yang sebenarnya untuk menyelamatkan agama? Menyempurnakan yang separuhnya? Mengapa harus mengorbankan ketaatan yang telah ada?



Padahal jelas-jelas, di dalam firman-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata, “Hai Nabi,katakanlah­ kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukmin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah di kenali. Karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [Al-Ahzab: 59]



Terjemahan ayat tersebut sangatlah jelas, bahwa wanita diwajibkan menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh. Tidakkah para imam, atau calon imam untuk keluarga sakinah, mawadah, warohmah itu membaca ayat tersebut?



Saya sangat faham. Wanita, membutuhkan kasih sayang seorang ikhwan. Wanita membutuhkan imam untuk menapaki jejak langkah menuju redha-Nya. Tetapi, untuk mendapatkan semua itu, akankah kita lepaskan keyakinan untuk tampil anggun dengan hijab yang disyariatkan? Haruskah dengan melanggar perintah-Nya?



Tampil modis, mungkin memang terasa lebih menarik dari pada wanita yang berjilbab lebar dengan pakaian besar, yang menurut sebagian orang bak karung goni. Namun apalah artinya kita tampak menawan di mata manusia, tapi di mata Allah kita hanyalah kelompok rata-rata yang melanggar ketentuan-Nya? Naudzubillah…



Ukhty, Percayalah, kita tetap terlihat anggun dan cantik dengan hijab terjulur menutup dada. Jubah panjang menutup aurat. Kalaupun ada pria yang tak menginginkan muslimah seperti kita, in syaa Allah, akan ada ganti dari-Nya. Seorang ikhwan yang bangga dengan penampilan kita yang apa adanya. Penampilan kita yang telah memenuhi perintah-Nya. Hijab kita, yang penuh dengan rahmat-Nya.



Jangan khawatirkan kesendirian. Karena, Dia menciptakan kita berpasang-pasan­gan. Wanita yang baik untuk pria yang baik. Dia tidak akan pernah kehabisan cara untuk mempertemukan wanita yang menjaga kesuciannya, dengan ikhwan yang menjaga imannya.



Percayalah, jika kita tegas membela agama Allah, insya Allah, Dia akan datang membela kita. Tegaslah pada pria yang ingin memperkeruh agama kita. Karena menikah bukan untuk memperturutkan nafsu belaka. Tetapi untuk menyempurnakan agama-Nya. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua…









from One Day One Juz's Facebook Wall

Tampil Modis Dulu, Baru Dapet Jodoh Modis itu… nggak kedodoran! Jilbab digulun...

Tampil Modis Dulu, Baru Dapet Jodoh



Modis itu… nggak kedodoran!



Jilbab digulung kecil mencekik leher.



Modis itu… Baju yang lagi ngetrend saat ini. Yang bisa menampilkan lekuk tubuh. Celana legging yang pas di kaki.



Beberapa waktu yang lalu, di penghujung jam kerja tiba-tiba HP saya berbunyi. Salah seorang kenalan, Ikhwan, yang tinggal jauh di Surabaya berkirim SMS. Lebih kurang berbunyi, ‘Rasanya miris sekali. Hatiku sedih menyaksikan fenomena sekarang ini. Ketika sedang berjalan mata ini harus menyaksikan banyak saudari-saudari­ku, para muslimah, memakai jilbab tapi lekuk tubuh mereka tampak dengan jelas.’



Usai membaca SMS itu, saya langsung teringat pada sebuah perbincangan dengan beberapa teman di sebuah organisasi. Salah seorang teman berkata, “Sekarang Mbak Najwa sudah tidak memakai jilbab loh.”



Saya tercengang mendengar itu. Ah gak mungkin! Hati ini membantah. “Iya, aku juga melihatnya.” Sahut yang lain. “Yaa Allah, kok bisa?” “Suaminya gak mengijinkan. Katanya kalau pakai jilbab jadi kelihatan tua.”



Saya tetap terkejut meskipun belum bisa percaya sepenuhnya. Saya tahu betul, siapa sosok Najwa, dan bagaimana perjuangan dakwahnya ketika itu. Namun, tidak lama kemudian, saya juga mendapat info dari sumber yang dapat dipercaya. Najwa memang tidak lagi memakai jilbab. Ia melakukan itu, demi suaminya. Seiring berjalannya waktu, saya mulai lupa dengan kondisi teman saya tersebut apalagi kami sudah tidak pernah berkomunikasi lagi.



Di hari selanjutnya, sore, saya kembali aktif mengunjungi salah satu blog saya yang sejak gabung di FB, jarang sekali saya kunjungi. Karena rindu dan ingin mengetahui kabar terbaru sahabat lama, sayapun mengklik photo-photo koleksinya. Teman yang dulu semua orang tahu, pakaiannya rapat menyentuh tanah, dengan jilbab yang lebar melampau pinggul. Anggun. Keakhwatannya benar-benar memancar dari aura pakaiannya yang besar tanpa menyisakan sedikitpun bentuk tubuhnya. Dulu saya senang kami bisa sering bersama-sama. Tapi… sore itu, perasaan saya agak tersentil saat melihat koleksi photo-photo terbarunya. Ada perubahan di sana. Ia tampak langsing dengan bentuk tubuh yang membentuk jelas. Masih kurang percaya dengan penglihatan mata ini, saya kedip-kedipkan keduanya untuk memastikan bahwa saya tidak salah lihat mengenai tanggalan yang tertera. Benar, saya tidak salah. Tanggalan itu baru beberapa hari saja berlalu. Kebetulan saya memang sedang chating dengannya setelah lama tidak berjumpa di dunia nyata.



“Eh, photomu beda? Tampak langsing sekarang.”

“Hehe.. iya, calon suamiku tidak suka aku pake baju seperti yang dulu. Dia ingin aku lebih modis.” Balasnya.

“Oh…” Bibir ini hanya mampu mendesis prihatin. Sangat disayangkan sekali. Padahal, ia tampak sangat anggun dengan pakaiannya sebelum ini. Sampai di sini, saya hanya mampu bertanya dalam sendiri, ‘Untuk disukai seorang pria, haruskah kita melakukan ini? Merenovasi diri, dengan menganggap remeh perintah illahi, untuk mematuhi perintah orang yang dicintai? Untuk dicintai pria, haruskah kita menanggalkan ketaatan yang telah ada? Lalu apa tujuan menikah? Bukankah tujuan yang sebenarnya untuk menyelamatkan agama? Menyempurnakan yang separuhnya? Mengapa harus mengorbankan ketaatan yang telah ada?



Padahal jelas-jelas, di dalam firman-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata, “Hai Nabi,katakanlah­ kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukmin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah di kenali. Karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [Al-Ahzab: 59]



Terjemahan ayat tersebut sangatlah jelas, bahwa wanita diwajibkan menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh. Tidakkah para imam, atau calon imam untuk keluarga sakinah, mawadah, warohmah itu membaca ayat tersebut?



Saya sangat faham. Wanita, membutuhkan kasih sayang seorang ikhwan. Wanita membutuhkan imam untuk menapaki jejak langkah menuju redha-Nya. Tetapi, untuk mendapatkan semua itu, akankah kita lepaskan keyakinan untuk tampil anggun dengan hijab yang disyariatkan? Haruskah dengan melanggar perintah-Nya?



Tampil modis, mungkin memang terasa lebih menarik dari pada wanita yang berjilbab lebar dengan pakaian besar, yang menurut sebagian orang bak karung goni. Namun apalah artinya kita tampak menawan di mata manusia, tapi di mata Allah kita hanyalah kelompok rata-rata yang melanggar ketentuan-Nya? Naudzubillah…



Ukhty, Percayalah, kita tetap terlihat anggun dan cantik dengan hijab terjulur menutup dada. Jubah panjang menutup aurat. Kalaupun ada pria yang tak menginginkan muslimah seperti kita, in syaa Allah, akan ada ganti dari-Nya. Seorang ikhwan yang bangga dengan penampilan kita yang apa adanya. Penampilan kita yang telah memenuhi perintah-Nya. Hijab kita, yang penuh dengan rahmat-Nya.



Jangan khawatirkan kesendirian. Karena, Dia menciptakan kita berpasang-pasan­gan. Wanita yang baik untuk pria yang baik. Dia tidak akan pernah kehabisan cara untuk mempertemukan wanita yang menjaga kesuciannya, dengan ikhwan yang menjaga imannya.



Percayalah, jika kita tegas membela agama Allah, insya Allah, Dia akan datang membela kita. Tegaslah pada pria yang ingin memperkeruh agama kita. Karena menikah bukan untuk memperturutkan nafsu belaka. Tetapi untuk menyempurnakan agama-Nya. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua…









from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar