"Ummi nggak ikhlas! Sekarang juga kamu minta maaf!”
Rasanya lisanku sudah tak terkontrol. Kulihat Haris tampak diam dan takut.
”Ayo, minta maaf sama Ummi!”
”Ma-af, Mi...” dengan terbata Haris berucap.
”Ya sudah, Ummi maafkan. Sekarang kamu mandi sama Mbak!" kataku.
Ucapan ”Ummi maafkan” sepertinya hanya sekadar saja keluar dari mulutku.
Amarah dan kecewa anakku mengucapkan kalimat ”Entar, Bego...” masih menggumpal di dadaku.
***
Keesokan harinya, amarahku sudah terkikis. Sore hari aku mengecek pelajaran Haris. aku ingat esok hari Haris ada tugas mengulang mengulang hafalan.
”Ah, surat-surat yang mesti diulang hampir semua sudah Haris
hafal. Insya Allah, Haris bisa,” kataku yakin.
Setelah itu aku membantu Haris untuk mengulang hafalan.
”Ayo, baca bismillah dulu, Ris...”
"Bis...” suara Haris terputus.
”Lho kok, bis... bis-millah...”
”Bis...” lagi-lagi suara Haris terputus.
”Haris... jangan bercanda. Ayat Al Quran jangan dipermainkan. Ayo ulang lagi, bismillah...”
”Bis...”
”Haris!” emosiku mulai naik.
”Tapi, Mi... Haris nggak bisa...”
”Masak bismillah saja tidak bisa, bis-mi-Allah...”
Haris mencoba mengulang, tapi lagi-lagi terhenti di kata ”bis”.
Aku benar-benar tak habis pikir.
”Haris! Ummi serius ini. Kamu jangan bercanda mempermainkan ayat Al Quran! Coba, A-L-L-A-H...”
”A.... A... Ummi haris nggak bisa...”
”A-L-L-A-H.... ulang lagi... A-L-L-A-H… BISMILLAH…”
“A…. A…”
Aku mulai panik.
Kuamati wajah Haris. Dia tak terlihat bercanda atau mempermainkanku.
“Istighfar dulu, Ris, As-tag-fi-ru-llah…”
”Astagfiru...” lagi-lagi suara Haris terputus.
Aku semakin panik. Ada apa dengan anakku?
Padahal dia sudah hafal setengah juz 30.
Bagaimana mungkin menyebut ”bismillah”, ”astagfirullah,” bahkan ”Allah” saja tak bisa?
Aku berusaha menenangkan diri.
”Yuk, bareng Ummi... kita istighfar...”
”Astagfirullah...”
Namun lagi-lagi, Haris tak dapat menyelesaikan kalimat tersebut.
Aku benar-benar tak habis pikir.
Beberapa kali kuminta Haris mengulang kata Allah, Allah, Allah.. tak juga bisa.
Tiba-tiba runtunan kejadian kemarin berkelebat di otakku.
”Astagfirullah....” kuucap berulang kali.... Kalimat ”Ummi tidak ikhlas” terngiang-ngiang. Inikah yang menyebabkan Haris tak dapat menyebut kata Allah?
Tapi bagaimana mungkin?
Haris masih kecil, baru 6 tahun...
Namun, tak ada yang tak mungkin bagi Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya. Langsung kupeluk Haris, air mata berbulir jatuh.
”Maafkan Ummi, ya, Ris... maafkan,
Ummi. Ummi juga memaafkan semua kekhilafan Haris. Ummi maafkan kesalahan Haris...”
Kupeluk Haris makin erat. Haris tampak tak mengerti. Air mataku menderas.
”Maafkan Ummi... dan Ummi maafkan Haris...”
Setelah beberapa saat menenangkan diri, aku minta Haris untuk sama-sama membaca istighfar kembali.
Dan... subhanallah... tanpa kesulitan Harismengucap dengan lancar. Dan kemudian kalimat bismillah, dan kemudian surat-surat Al Quran yang hendak ia ulang, semua lancar dibaca.
Subhanallah,
Allahu Akbar...
betapa kecil kurasa diriku saat itu.
Teringat aku kisah Al Qomah pada masa Rasulullah, yang mulutnya terkunci tak dapat mengucap ”Laailahailallah” saat sakaratul maut karena sang Ibu tak ikhlas padanya.
Aku bersimpuh.... Ampuni aku, ya Allah....
-
Sumber: group SDIT Ibadurrohman Tasikmalaya
Diteruskan oleh twitter.com/ilmaalya dalam grup diskusi WhatsApp http://ift.tt/1iOQBkM
from One Day One Juz's Facebook Wall
Rasanya lisanku sudah tak terkontrol. Kulihat Haris tampak diam dan takut.
”Ayo, minta maaf sama Ummi!”
”Ma-af, Mi...” dengan terbata Haris berucap.
”Ya sudah, Ummi maafkan. Sekarang kamu mandi sama Mbak!" kataku.
Ucapan ”Ummi maafkan” sepertinya hanya sekadar saja keluar dari mulutku.
Amarah dan kecewa anakku mengucapkan kalimat ”Entar, Bego...” masih menggumpal di dadaku.
***
Keesokan harinya, amarahku sudah terkikis. Sore hari aku mengecek pelajaran Haris. aku ingat esok hari Haris ada tugas mengulang mengulang hafalan.
”Ah, surat-surat yang mesti diulang hampir semua sudah Haris
hafal. Insya Allah, Haris bisa,” kataku yakin.
Setelah itu aku membantu Haris untuk mengulang hafalan.
”Ayo, baca bismillah dulu, Ris...”
"Bis...” suara Haris terputus.
”Lho kok, bis... bis-millah...”
”Bis...” lagi-lagi suara Haris terputus.
”Haris... jangan bercanda. Ayat Al Quran jangan dipermainkan. Ayo ulang lagi, bismillah...”
”Bis...”
”Haris!” emosiku mulai naik.
”Tapi, Mi... Haris nggak bisa...”
”Masak bismillah saja tidak bisa, bis-mi-Allah...”
Haris mencoba mengulang, tapi lagi-lagi terhenti di kata ”bis”.
Aku benar-benar tak habis pikir.
”Haris! Ummi serius ini. Kamu jangan bercanda mempermainkan ayat Al Quran! Coba, A-L-L-A-H...”
”A.... A... Ummi haris nggak bisa...”
”A-L-L-A-H.... ulang lagi... A-L-L-A-H… BISMILLAH…”
“A…. A…”
Aku mulai panik.
Kuamati wajah Haris. Dia tak terlihat bercanda atau mempermainkanku.
“Istighfar dulu, Ris, As-tag-fi-ru-llah…”
”Astagfiru...” lagi-lagi suara Haris terputus.
Aku semakin panik. Ada apa dengan anakku?
Padahal dia sudah hafal setengah juz 30.
Bagaimana mungkin menyebut ”bismillah”, ”astagfirullah,” bahkan ”Allah” saja tak bisa?
Aku berusaha menenangkan diri.
”Yuk, bareng Ummi... kita istighfar...”
”Astagfirullah...”
Namun lagi-lagi, Haris tak dapat menyelesaikan kalimat tersebut.
Aku benar-benar tak habis pikir.
Beberapa kali kuminta Haris mengulang kata Allah, Allah, Allah.. tak juga bisa.
Tiba-tiba runtunan kejadian kemarin berkelebat di otakku.
”Astagfirullah....” kuucap berulang kali.... Kalimat ”Ummi tidak ikhlas” terngiang-ngiang. Inikah yang menyebabkan Haris tak dapat menyebut kata Allah?
Tapi bagaimana mungkin?
Haris masih kecil, baru 6 tahun...
Namun, tak ada yang tak mungkin bagi Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya. Langsung kupeluk Haris, air mata berbulir jatuh.
”Maafkan Ummi, ya, Ris... maafkan,
Ummi. Ummi juga memaafkan semua kekhilafan Haris. Ummi maafkan kesalahan Haris...”
Kupeluk Haris makin erat. Haris tampak tak mengerti. Air mataku menderas.
”Maafkan Ummi... dan Ummi maafkan Haris...”
Setelah beberapa saat menenangkan diri, aku minta Haris untuk sama-sama membaca istighfar kembali.
Dan... subhanallah... tanpa kesulitan Harismengucap dengan lancar. Dan kemudian kalimat bismillah, dan kemudian surat-surat Al Quran yang hendak ia ulang, semua lancar dibaca.
Subhanallah,
Allahu Akbar...
betapa kecil kurasa diriku saat itu.
Teringat aku kisah Al Qomah pada masa Rasulullah, yang mulutnya terkunci tak dapat mengucap ”Laailahailallah” saat sakaratul maut karena sang Ibu tak ikhlas padanya.
Aku bersimpuh.... Ampuni aku, ya Allah....
-
Sumber: group SDIT Ibadurrohman Tasikmalaya
Diteruskan oleh twitter.com/ilmaalya dalam grup diskusi WhatsApp http://ift.tt/1iOQBkM
from One Day One Juz's Facebook Wall
Tidak ada komentar:
Posting Komentar