Hajar dan bayinya telah ditinggalkan oleh Ibrahim di lembah itu. Sunyi kini meny...

Hajar dan bayinya telah ditinggalkan oleh Ibrahim di lembah itu. Sunyi kini menyergap kegersangan yg membakar. Yg ada hanya pasir dan cadas yg membara. Tak ada pepohonan utk bernaung. Tak terlihat air utk menyambung air. Tak tampak insan utk berbagi kesah. Kecuali bayi itu, ismail. Dia kini mulai menangis begitu keras karena lapar dan kehausan.

Maka Hajar pun berlari, mencoba mengais jejak air utk menyambung tangis putra semata wayangnya. Ada dua bukit disana. Dan dari ujung ke ujung coba ditelisiknya dgn seksama. Tak ada. Sama sekali tak ada tanda. Tapi dia terus mencari. Berlari, bolak balik tujuh kali. Mungkin dia tahu , tak pernah ada air disitu. Mungkin dia hanya ingin menunjukkan kesungguhannya pada Allah. Sebagaimana telah ia yakinkan sang suami " jika ini perintah Allah, Dia tidak akan pernah menyia-nyiakan kami".

Maka keajaiban itu memancar. Zam zam!. Bukan. Bukab dari jalan yg disusuri atau jejak yg telah ia torehkan diantara Shafa dan Marwah. Air itu muncul dr kaki Ismail yg bayi. Yg menangis. Yg haus. Yg menjejak-jejak. Dan Hajar pun takjub. Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita.

Bekerja saja.

Maka keajaiban akan datang dr arah yg tak terduga-duga.



Salim A. Fillah

Dalam dekapan ukhuwah



from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar