Sikap Seorang Muslim Terhadap Natal



Subhanallah sahabat sholehku, aqidah, tauhid, atau iman bagi hamba yang beriman kepada Allah, yang tahu hidup di dunia ini sebentar, dan benar-benar ingat selamat di akhirat adalah segala-galanya, akan benar-benar dijaga kesuciannya dengan segala konsekuensinya.



Hari Natal adalah hari keyakinan dan ritual umat Nasrani. Wajib bagi kita menghormati keyakinan mereka berdasarkan Al Quran Surah Al Kafiruun ayat 6.“Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.”

Bahkan haram mencaci maki sesembahan mereka, “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan yang benar…” (QS Al-An’am : 108)



Namun, juga haram mencampuradukan keyakinan kita dengan mereka, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al An’am : 82)



Diantaranya larangan mengucapkan selamat Natal, karena Natal adalah keyakinan dan ritual teman kita Kristiani, hormati tanpa harus mengucapkan selamat Natal. Karena keyakinan kita berbeda, mohon buka surah Al Maidah ayat 72.



“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun.”



Lebih langkapnya lihat fatwa MUI. Toleransi dalam muamalah, gotong royong, bisnis dans ebagainya ayo kita bersama, tetapi toleransi dalam keyakinan, mari kita saling menjaga dan menghormati.



Kalaulah sahabat melihat para tokoh pejabat mengucapkan dan berbaur, jangan terkecoh apalagi latah mengikuti mereka. Semua menanggung konsekuensinya di akhirat kelak.



Orang beriman mengedepankan aqidah “ridho Allah, hidup dalam syariatnya dan keselamatan di akhirat daripada muamalah dunia secuil ini.”



“Allahumma ya Allah yang Menguasai semua hati dan keadaan, tetapkanlah hati kami dalam keimanan dan ketaatan padaMu…aamiin”.

Sebarkan ini, sahabat sholehku.

Ustadz K. H. Muhammad Arifin Ilham









from One Day One Juz's Facebook Wall

Sikap Seorang Muslim Terhadap Natal Subhanallah sahabat sholehku, aqidah, tauhi...

Sikap Seorang Muslim Terhadap Natal



Subhanallah sahabat sholehku, aqidah, tauhid, atau iman bagi hamba yang beriman kepada Allah, yang tahu hidup di dunia ini sebentar, dan benar-benar ingat selamat di akhirat adalah segala-galanya, akan benar-benar dijaga kesuciannya dengan segala konsekuensinya.



Hari Natal adalah hari keyakinan dan ritual umat Nasrani. Wajib bagi kita menghormati keyakinan mereka berdasarkan Al Quran Surah Al Kafiruun ayat 6.“Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.”

Bahkan haram mencaci maki sesembahan mereka, “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan yang benar…” (QS Al-An’am : 108)



Namun, juga haram mencampuradukan keyakinan kita dengan mereka, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al An’am : 82)



Diantaranya larangan mengucapkan selamat Natal, karena Natal adalah keyakinan dan ritual teman kita Kristiani, hormati tanpa harus mengucapkan selamat Natal. Karena keyakinan kita berbeda, mohon buka surah Al Maidah ayat 72.



“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun.”



Lebih langkapnya lihat fatwa MUI. Toleransi dalam muamalah, gotong royong, bisnis dans ebagainya ayo kita bersama, tetapi toleransi dalam keyakinan, mari kita saling menjaga dan menghormati.



Kalaulah sahabat melihat para tokoh pejabat mengucapkan dan berbaur, jangan terkecoh apalagi latah mengikuti mereka. Semua menanggung konsekuensinya di akhirat kelak.



Orang beriman mengedepankan aqidah “ridho Allah, hidup dalam syariatnya dan keselamatan di akhirat daripada muamalah dunia secuil ini.”



“Allahumma ya Allah yang Menguasai semua hati dan keadaan, tetapkanlah hati kami dalam keimanan dan ketaatan padaMu…aamiin”.

Sebarkan ini, sahabat sholehku.

Ustadz K. H. Muhammad Arifin Ilham









from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar