Muhasabah Di Penghujung Ramadhan



Tidak terasa kita hampir sampai di penghujung bulan ramadhan dan Alhamdulillah sampai hari ini kita masih diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menjalankan ibadah puasa. Karena dilandasi dengan hati yang bersih dan ikhlas, ibadah puasa ini semakin terasa nikmatnya. Nikmat saat berbuka dan merasakan sahur di malam hari.



Hampir sebulan penuh kita berada dalam masa penggodogan iman, sebagai evaluasi diri apakah dalam bulan puasa ini telah mampu menjalankan ibadah dengan khusyuk? Apakah telah mampu mengendalikan seluruh organ tubuh dari hal-hal yang dapat membatalkan dan merusak pahala puasa? Apakah telah mampu melakukan kebaikan dan kebaikan seperti menjaga hati untuk selalu mengingat Allah, membasahi lisan dengan senantiasa berdzikir dan tilawah Qur’an, menjaga tangan dan kaki untuk tidak berbuat maksiat?



Yang paling utama adalah apakah kita termasuk orang yang berhasil mendapatkan yang dijanjikan Allah di bulan Ramadhan? Apa saja parameter keberhasilan seseorang menjalani Ramadhan? Lihatlah pada kualitas dan kuantitas ibadah kita setelah Ramadhan berakhir. Semakin berkualitas ibadah kita atau malah menurun dan terlena dengan hingar binger bulan Syawwal yang datang.



Syawwal adalah bulan pertama setelah Ramadhan, 1 dari 11 bulan tempat kita mengevaluasi kualitas keimanan sesuai dengan tujuan puasa itu sendiri sehingga kita mampu menggapai hakekat puasa yaitu menjadi manusia bertaqwa.



Parameter keberhasilan seseorang dalam Ramadhan



Semakin mantap dalam shalatnya.

“Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah)“. (QS. Adz-Dzariyat 17-18)



Menjaga ketepatan waktu dalam shalat, sebagaimana ketika Ramadhan selalu mengusahakan diri tepat waktu dalam shalat dan berusaha menggapai khusyuk. Maka ketika Ramadhan berlalu maka akan terbiasa untuk melakukan hal yang sama. Mengurangi waktu tidur untuk terus melakukan ibadah-ibadah yang bermanfaat.



Terbiasa untuk shalat malam.

Kebiasaan bangun untuk sahur di bulan Ramadhan hendaklah dijadikan kebiasaan bangun untuk mendirikan shalat tahajjud, baik itu yang panjangnya 8 rakaat plus 3 rakaat witir atau pun sekedar 2 rakaat plus 1 rakaat witir. Kemudian dilanjutkan dengan memohon ampunan kepada Allah Swt. inilah yang akan kita bawa sampai ketemu Ramadhan selanjutnya.



Senantiasa beristighfar dan berdzikir kepada Allah swt.

Memohon ampunan dapat diwujudkan dengan dzikir dan istighfar. Misalnya:

“Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil ‘adziim, astaghfirullah.”



Dzikir dan istighfar hendaklah bukan hanya terucap di mulut, tetapi juga dihayati dari sisi ruhiyah sebagai sesuatu yang sesuai dengan yang kita ucapkan serta tercermin dalam keseharian. Janganlah merasa telah terhapus dosa-dosa kita sehingga enggan untuk ber-istighfar karena hanya Allah-lah yang Maha Suci. Janganlah kita gila pujian, karena segala puji hanyalah milik Allah. Sadar maupun tidak, sejak baligh hingga kini, kita banyak bergelimang dosa, untuk itu kita butuh maaf dari sesama serta ampunan hanya dari Allah Swt.



Memiliki kepedulian sosial, membelanjakan harta di jalan Allah.

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS Al-Baqarah:3)



Kepedulian sosial tersebut hendaknya terwujud bukan hanya di saat lapang, tetapi juga di saat sempit.



“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yag menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal.” (QS Ali-Imran:133-136)



Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah Swt berfirman, yang artinya : Berinfaqlah kamu, niscaya Allah akan memberi belanja kepadamu (Muttafaq’Alaih).



Bila ada yang meminta pertolongan kepada kita dan lingkungan sekitar maka berebutlah untuk memberikan pertolongan karena sesungguhnya hal tersebut adalah lahan kebajikan.



Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya “ (QS Al Baqarah:93 )



Kalaulah kita tidak bisa memberikan pertolongan, setidaknya berusahalah menjadi pribadi yang mandiri, tidak tergantung kepada pertolongan orang lain. Adapun mengenai hal tolong menolong, hendaknya hanya pada yang membawa kebaikan atau yang dapat mencegah kemungkaran.



“… Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan…..” (QS Al-Ma’idah: 2)



Selain itu Imam Al Qhazali juga menyampaikan tentang siapa-siapa saja yang selamat dalam ramadhan. Mereka itu adalah yang berada dalam kategori khususul khusus atau al Khawwas, yaitu mereka yang menjaga hati, mata, lisan tangan dari maksiat.



Imam Al Qhozali mengelompokkan orang yang berpuasa dalam 3 (tiga ) kategori :



Pertama, mereka adalah kelompok orang awam yaitu kelompok orang yang dalam berpuasa tidak lebih dari sekedar menahan lapar, haus dan tidak mampu menahan syahwatnya. Mereka ini hanya mendapatkan bulan Ramadhan saja tanpa bisa memaknai dengan ibadah-ibadah yang mendatangkan keberkahan.



Kedua adalah kelompok orang yang berpuasa selain menahan lapar, haus dan mampu menahan syahwatnya juga mampu menjaga lisan, mata, telinga, hidung dan anggota tubuh lainnya dari segala perbuatan maksiat dan sia-sia.



Ketiga adalah mereka yang berada dalam ketegori khususul khusus atau Al Khawwas, yaitu mereka tidak saja mampu menjaga telinga, mata, lisan, tangan dan kaki serta anggota tubuh lainnya dari segala yang menjurus pada maksiat kepada Allah namun mereka juga mampu menjaga hatinya dari selain Allah.



Masuk dalam kelompok manakah kita, marilah kita melakukan muhasabah / evaluasi diri kita masing-masing. Setiap kita tentunya sangat berharap termasuk dalam golongan ketiga yaitu golongan yang selamat dari ramadhan dan bukan termasuk golongan orang yang merugi yang hanya bisa menahan lapar dan haus serta tidak mampu mengadakan perubahan diri ke arah yang lebih baik.



Semoga amal ibadah kita selama bulan ramadhan ini diterima oleh Allah SWT dan kita mendapatkan hikmah serta fadhilah bulan ramadhan yang terlihat dari perubahan diri setelah ramadhan berlalu dan mencapai cita-cita ramadhan yaitu menjadi orang yang bertaqwa, amin.









from One Day One Juz's Facebook Wall

Muhasabah Di Penghujung Ramadhan Tidak terasa kita hampir sampai di penghujung...

Muhasabah Di Penghujung Ramadhan



Tidak terasa kita hampir sampai di penghujung bulan ramadhan dan Alhamdulillah sampai hari ini kita masih diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menjalankan ibadah puasa. Karena dilandasi dengan hati yang bersih dan ikhlas, ibadah puasa ini semakin terasa nikmatnya. Nikmat saat berbuka dan merasakan sahur di malam hari.



Hampir sebulan penuh kita berada dalam masa penggodogan iman, sebagai evaluasi diri apakah dalam bulan puasa ini telah mampu menjalankan ibadah dengan khusyuk? Apakah telah mampu mengendalikan seluruh organ tubuh dari hal-hal yang dapat membatalkan dan merusak pahala puasa? Apakah telah mampu melakukan kebaikan dan kebaikan seperti menjaga hati untuk selalu mengingat Allah, membasahi lisan dengan senantiasa berdzikir dan tilawah Qur’an, menjaga tangan dan kaki untuk tidak berbuat maksiat?



Yang paling utama adalah apakah kita termasuk orang yang berhasil mendapatkan yang dijanjikan Allah di bulan Ramadhan? Apa saja parameter keberhasilan seseorang menjalani Ramadhan? Lihatlah pada kualitas dan kuantitas ibadah kita setelah Ramadhan berakhir. Semakin berkualitas ibadah kita atau malah menurun dan terlena dengan hingar binger bulan Syawwal yang datang.



Syawwal adalah bulan pertama setelah Ramadhan, 1 dari 11 bulan tempat kita mengevaluasi kualitas keimanan sesuai dengan tujuan puasa itu sendiri sehingga kita mampu menggapai hakekat puasa yaitu menjadi manusia bertaqwa.



Parameter keberhasilan seseorang dalam Ramadhan



Semakin mantap dalam shalatnya.

“Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah)“. (QS. Adz-Dzariyat 17-18)



Menjaga ketepatan waktu dalam shalat, sebagaimana ketika Ramadhan selalu mengusahakan diri tepat waktu dalam shalat dan berusaha menggapai khusyuk. Maka ketika Ramadhan berlalu maka akan terbiasa untuk melakukan hal yang sama. Mengurangi waktu tidur untuk terus melakukan ibadah-ibadah yang bermanfaat.



Terbiasa untuk shalat malam.

Kebiasaan bangun untuk sahur di bulan Ramadhan hendaklah dijadikan kebiasaan bangun untuk mendirikan shalat tahajjud, baik itu yang panjangnya 8 rakaat plus 3 rakaat witir atau pun sekedar 2 rakaat plus 1 rakaat witir. Kemudian dilanjutkan dengan memohon ampunan kepada Allah Swt. inilah yang akan kita bawa sampai ketemu Ramadhan selanjutnya.



Senantiasa beristighfar dan berdzikir kepada Allah swt.

Memohon ampunan dapat diwujudkan dengan dzikir dan istighfar. Misalnya:

“Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil ‘adziim, astaghfirullah.”



Dzikir dan istighfar hendaklah bukan hanya terucap di mulut, tetapi juga dihayati dari sisi ruhiyah sebagai sesuatu yang sesuai dengan yang kita ucapkan serta tercermin dalam keseharian. Janganlah merasa telah terhapus dosa-dosa kita sehingga enggan untuk ber-istighfar karena hanya Allah-lah yang Maha Suci. Janganlah kita gila pujian, karena segala puji hanyalah milik Allah. Sadar maupun tidak, sejak baligh hingga kini, kita banyak bergelimang dosa, untuk itu kita butuh maaf dari sesama serta ampunan hanya dari Allah Swt.



Memiliki kepedulian sosial, membelanjakan harta di jalan Allah.

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS Al-Baqarah:3)



Kepedulian sosial tersebut hendaknya terwujud bukan hanya di saat lapang, tetapi juga di saat sempit.



“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yag menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal.” (QS Ali-Imran:133-136)



Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah Swt berfirman, yang artinya : Berinfaqlah kamu, niscaya Allah akan memberi belanja kepadamu (Muttafaq’Alaih).



Bila ada yang meminta pertolongan kepada kita dan lingkungan sekitar maka berebutlah untuk memberikan pertolongan karena sesungguhnya hal tersebut adalah lahan kebajikan.



Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya “ (QS Al Baqarah:93 )



Kalaulah kita tidak bisa memberikan pertolongan, setidaknya berusahalah menjadi pribadi yang mandiri, tidak tergantung kepada pertolongan orang lain. Adapun mengenai hal tolong menolong, hendaknya hanya pada yang membawa kebaikan atau yang dapat mencegah kemungkaran.



“… Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan…..” (QS Al-Ma’idah: 2)



Selain itu Imam Al Qhazali juga menyampaikan tentang siapa-siapa saja yang selamat dalam ramadhan. Mereka itu adalah yang berada dalam kategori khususul khusus atau al Khawwas, yaitu mereka yang menjaga hati, mata, lisan tangan dari maksiat.



Imam Al Qhozali mengelompokkan orang yang berpuasa dalam 3 (tiga ) kategori :



Pertama, mereka adalah kelompok orang awam yaitu kelompok orang yang dalam berpuasa tidak lebih dari sekedar menahan lapar, haus dan tidak mampu menahan syahwatnya. Mereka ini hanya mendapatkan bulan Ramadhan saja tanpa bisa memaknai dengan ibadah-ibadah yang mendatangkan keberkahan.



Kedua adalah kelompok orang yang berpuasa selain menahan lapar, haus dan mampu menahan syahwatnya juga mampu menjaga lisan, mata, telinga, hidung dan anggota tubuh lainnya dari segala perbuatan maksiat dan sia-sia.



Ketiga adalah mereka yang berada dalam ketegori khususul khusus atau Al Khawwas, yaitu mereka tidak saja mampu menjaga telinga, mata, lisan, tangan dan kaki serta anggota tubuh lainnya dari segala yang menjurus pada maksiat kepada Allah namun mereka juga mampu menjaga hatinya dari selain Allah.



Masuk dalam kelompok manakah kita, marilah kita melakukan muhasabah / evaluasi diri kita masing-masing. Setiap kita tentunya sangat berharap termasuk dalam golongan ketiga yaitu golongan yang selamat dari ramadhan dan bukan termasuk golongan orang yang merugi yang hanya bisa menahan lapar dan haus serta tidak mampu mengadakan perubahan diri ke arah yang lebih baik.



Semoga amal ibadah kita selama bulan ramadhan ini diterima oleh Allah SWT dan kita mendapatkan hikmah serta fadhilah bulan ramadhan yang terlihat dari perubahan diri setelah ramadhan berlalu dan mencapai cita-cita ramadhan yaitu menjadi orang yang bertaqwa, amin.









from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar