JIKA NANTI JADI IBU. Tausyiah ODOJ 2468 Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, Ket...

JIKA NANTI JADI IBU.

Tausyiah ODOJ 2468



Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, Ketahuilah bahwa telah lama umat menantikan ibu yang mampu melahirkan pahlawan seperti Khalid bin Walid. Agar kaulah yang mampu menjawab pertanyaan Anis Matta dalam Mencari Pahlawan Indonesia: “Ataukah tak lagi ada

wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pahlawan?

Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu

melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid?”



Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Asma’ binti Abu Bakar yang menjadi inspirasi dan

mengobarkan motivasi anaknya untuk terus berjuang melawan kezaliman. “Isy kariman au mut syahiidan!. (Hiduplah mulia, atau mati syahid!),” kata Asma’ kepada

Abdullah bin Zubair. Maka Ibnu Zubair pun terus bertahan dari gempuran Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi, ia kokoh mempertahankan keimanan dan kemuliaan tanpa mau tunduk kepada kezaliman. Hingga akhirnya Ibnu Zubair syahid. Namanya abadi dalam sejarah syuhada’ dan kata- kata Asma’ abadi hingga kini.



Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya. Saat itu sang anak masih remaja. Usianya

baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang

panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang

badar. Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih. Namun sang

ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada

Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang

lain. Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya,

kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an. Beberapa

tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu. Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.



Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah. Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid

dan mencintai ilmu. Kelak, ia tumbuh menjadi ulama

hadits dan imam Madzhab.

Ia tidak lain adalah Imam

Ahmad.



Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya. Seperti Ummu Habibah. Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya. ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya: “Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan

Rasul-Mu. Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya

Allah, permudahlah urusannya. Peliharalah

keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, amin!”. Doa-doa itu tidak sia-

sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i.



Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai

cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman. Sejak kecil ia

menanamkan cita-cita ke

dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram,

dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai

cita-cita itu. “Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”,

katanya memotivasi sang anak. “Wahai Abdurrahman,

sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil

haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan. Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam

masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani. Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama

Abdurrahman As-Sudais.



Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses.

Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu. Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu. Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri. Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor. Bukan hanya doktor,

bahkan doktor terkemuka di dunia. Dialah doktor Muslim

penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.



Sumber : Sofia Laksmi El Hubb



from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar