dalih belum datangnya hidayah



“Sebenarnya saya tahu shalat dan puasa itu wajib,tapi bagaimana ya…memang saya belum diberi hidayahNya.”

Atau anak muda yang sadar bahwa berduaan dengan orang yang bukan muhrimnya adalah dosa

“Ngerti sih pacaran ngga boleh,apalagi kemana-mana berdua,maka yang ketiganya setan..tapi gimana,tidak mudah untuk melawan keinginan terus bersama,mungkin Allah belum memberi hidayah untuk saya.”

Atau orang yang susah taubat

“Aku belum siap..aku nunggu dapat hidayah.”

Atau orang kaya tetapi tidak mau menunaikan ibadah haji,ia mengatakan

“Ya..mungkin panggilan Allah itu belum datang saat ini”

Sering bukan mendapati dalih seperti ini? Benarkah belum ada hidayah? Atau jangan-jangan ini karena lemahnya iman dan condongnya diri pada nafsu?



Sebenarnya ketika orang tersadar akan kesalahannya,ia telah mendapat hidayahNya[petunjuk].Maka,setelah mendapat hidayahNya seharusnya ia tidak boleh menunda-nunda untuk bertaubat dan beramal sholeh yang lebih banyak.Betapa ruginya orang yang suka menunda-nunda beramal sholeh setelah mendapat hidayah dari Allah. Allah SWT menyindir orang yang demikian seperti ini,”Sungguh,sebenarnya telah datang keteranganKu kepadamu tapi kamu mendustakannya malah kamu menyombongkan diri,dan kamu termasuk orang yang kafir.”



Syekh Ibnu Atha’ dalam al Hikam menuturkan,”menunda amal perbuatan kebaikan karena menantikan kesempatan yang lebih baik adalah kebodohan yang mempengaruhi jiwa.” Sedangkan kebodohan itu sendiri disebabkan karena beberapa hal:

1. Lebih mengutamakan kepentingan dunia.

2. Menganggap masih banyak kesempatan lain,padahal jika ajal tiba-tiba menjemput tidak akan ada lagi kesempatan.

3. Niat yang lemah sehingga hasrat kebaikan itu segera berubah ketika tidak dilaksanakan.

Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka akan menghalangi turunnya hidayah Allah. Sehingga seseorang tsb tidak terasa terus gemar melakukan dosa.



Abu Sulaiman ad-Darany ra berkata bahwa Allah telah mewahyukan kepada Nabi Daud as:

“Sesungguhnya Aku menjadikan hawa nafsu itu hanya untuk orang-orang yang lemah daripada hambaKu,karena itu awaslah jangan sampai hatimu tertawan oleh nafsu itu maka seringan-ringannya siksa untuknya adalah Aku cabut manisnya rasa cinta kepadaKu dari dalam hatimu.”



Nah.. jikalau Allah telah berfirman begitu gamblang seperti di atas kita masih tidak memahami,betapa bodohnya manusia,betapa ruginya tidak dapat merasakan Allah dalam kesehariannya.Ya pantaslah kalau hidup terasa hampa.. kosong.. kering.. walaupun materi cukup,tetapi hatinya tidak bisa merasakan manisnya cinta pada Allah. Karena setiap datang petunjuk untuk melakukan kebaikan,ia lewatkan begitu saja, lama-lama jadi kebal, malah Allah yang dijadikan dalih belum memberi hidayah. Manusia.. manusia… tidak henti-hentinya melakukan kebodohan & menganiaya diri sendiri.









from One Day One Juz's Facebook Wall

dalih belum datangnya hidayah “Sebenarnya saya tahu shalat dan puasa itu wajib,...

dalih belum datangnya hidayah



“Sebenarnya saya tahu shalat dan puasa itu wajib,tapi bagaimana ya…memang saya belum diberi hidayahNya.”

Atau anak muda yang sadar bahwa berduaan dengan orang yang bukan muhrimnya adalah dosa

“Ngerti sih pacaran ngga boleh,apalagi kemana-mana berdua,maka yang ketiganya setan..tapi gimana,tidak mudah untuk melawan keinginan terus bersama,mungkin Allah belum memberi hidayah untuk saya.”

Atau orang yang susah taubat

“Aku belum siap..aku nunggu dapat hidayah.”

Atau orang kaya tetapi tidak mau menunaikan ibadah haji,ia mengatakan

“Ya..mungkin panggilan Allah itu belum datang saat ini”

Sering bukan mendapati dalih seperti ini? Benarkah belum ada hidayah? Atau jangan-jangan ini karena lemahnya iman dan condongnya diri pada nafsu?



Sebenarnya ketika orang tersadar akan kesalahannya,ia telah mendapat hidayahNya[petunjuk].Maka,setelah mendapat hidayahNya seharusnya ia tidak boleh menunda-nunda untuk bertaubat dan beramal sholeh yang lebih banyak.Betapa ruginya orang yang suka menunda-nunda beramal sholeh setelah mendapat hidayah dari Allah. Allah SWT menyindir orang yang demikian seperti ini,”Sungguh,sebenarnya telah datang keteranganKu kepadamu tapi kamu mendustakannya malah kamu menyombongkan diri,dan kamu termasuk orang yang kafir.”



Syekh Ibnu Atha’ dalam al Hikam menuturkan,”menunda amal perbuatan kebaikan karena menantikan kesempatan yang lebih baik adalah kebodohan yang mempengaruhi jiwa.” Sedangkan kebodohan itu sendiri disebabkan karena beberapa hal:

1. Lebih mengutamakan kepentingan dunia.

2. Menganggap masih banyak kesempatan lain,padahal jika ajal tiba-tiba menjemput tidak akan ada lagi kesempatan.

3. Niat yang lemah sehingga hasrat kebaikan itu segera berubah ketika tidak dilaksanakan.

Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka akan menghalangi turunnya hidayah Allah. Sehingga seseorang tsb tidak terasa terus gemar melakukan dosa.



Abu Sulaiman ad-Darany ra berkata bahwa Allah telah mewahyukan kepada Nabi Daud as:

“Sesungguhnya Aku menjadikan hawa nafsu itu hanya untuk orang-orang yang lemah daripada hambaKu,karena itu awaslah jangan sampai hatimu tertawan oleh nafsu itu maka seringan-ringannya siksa untuknya adalah Aku cabut manisnya rasa cinta kepadaKu dari dalam hatimu.”



Nah.. jikalau Allah telah berfirman begitu gamblang seperti di atas kita masih tidak memahami,betapa bodohnya manusia,betapa ruginya tidak dapat merasakan Allah dalam kesehariannya.Ya pantaslah kalau hidup terasa hampa.. kosong.. kering.. walaupun materi cukup,tetapi hatinya tidak bisa merasakan manisnya cinta pada Allah. Karena setiap datang petunjuk untuk melakukan kebaikan,ia lewatkan begitu saja, lama-lama jadi kebal, malah Allah yang dijadikan dalih belum memberi hidayah. Manusia.. manusia… tidak henti-hentinya melakukan kebodohan & menganiaya diri sendiri.









from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar