Shalawat serta salam teruntuk uswah dan qudwah kita Rasulullah saw

Ya Allah Kumpulkan Kami di Surga Mu



Oleh: Umar Hidayat dan Rochma Yulika



Perjalanan biduk rumah tangga ibarat berlayar di tengah lautan. Yang kan menyusuri ombak, melewati palung, menghadapi badain, berlalu di bawah hujan, dan melintasi teriknya matahari. Hal itu tak boleh membuat kita mundur ke belakang atau bahkan menghindarinya.



Justru keadaan seperti itulah Allah sediakan untuk kita belajar. Tak mudah memang dalam keadaan bila kita sedang enak-enaknya berlayar tiba-tiba harus hal-hal di atas. Tapi justru itu kita belajar untuk bertahan dan akhirnya mampu melalui segala kesulitan tersebut.

Bukankan Allah sudah menyiapkan segala yang kita butuhkan untuk bisa kuat menjalani semua ini?



Ia seperti bahtera yang berlayar di lautan selalu berlayar menyusuri obak, melewati palung, menghadapi badai, hujan dan terik matahari, tak harus membuat kita berangsur mundur ke belakang atau bahkan menghindarinya. Justru semua itu Allah sediakan untuk kita arungi. Untuk belajar bertahan ditengah suasana yang tak diharapkan.



Ja yang lepas dari bimbingan dan tidak sejalan dengan maksud Allah akan adanya pernikahan, hanya akan menghasilkan keluarga yang tak menentramkan dan hilangnya kasihsayang antar mereka. Hidup tanpa berpijak pada aturan Allah seperti berjalan tak bertepi, mengarungi samudra yang tak bertepi, atau penderitaan yang tak berkesudahan. Bukankah Fir’aun sang raja tak kuasa ditelan lautan? Bukankah Qorun yang teramat kaya berakhir ditelan bumi? Seperti Namrudz yang gagah, kejam dan bengis, ternyata riwayat hidupnya dihabisi di tangan lalat?

Atau segemuruh cemburu yang membakar hati Sarah, tapi toh ia Ikhlas menyarankan Ibrahim bersanding dengan Hajar. Seberat rasa Yusuf ketika digoda Zulaikha, tapi toh cintanya tertumpah dalam malihai ridloNya.



Setegar Sayyidah Rahmah setia mendampingi Ayub saat 18 tahun diuji derita yang mendahsyat, tapi toh Allah mempertemukan kerinduan mereka di jalan penghambaan padaNya. Sekuasa Balqis yang merajai negerinya, tapi toh ia tertunduk bersanding dengan Sulaiman dalam kekuasaanNya.



Maka tak ada artinya apa-apa kehidupan berumahtangga bila tanpa melibatkan Allah. Tanpa merasa Allah membersamai kita. Maka bangunlah kehidupan rumahtangga itu dalam maligai kehendakNya.



Dalam genggaman aturanNya. Ideal memang. Tapi faktanya sesuatu yang ideal itu tidak dialami oleh semua rumah tangga. Atau tidak terjadi mendadak. Ada proses yang harus dilaluinya dan ditopang oleh pilar-pilar yang kokoh, yang harus di perjuangan, butuh waktu serta pengorbanan terlebih dahulu. Maka seperti apakah Sakinah Mawadah?

Adakah mutiara sakinah di rumah kita?

Hidup tanpa berpijak pada aturan Allah seperti berjalan tanpa arah, mengarungi samudera tak berpantai atau penderitaan yang tak berkesudahan.



Kehidupan berumah tangga tak ada arinya tanpa melibatkan Allahmembersamai kita. Maka bangunlah kehidupan rumah tangga dalam mahligai kehendak Nya. Dalam genggaman aturan Nya. Agar kita ditolong dan diselamatkan Allah.



Membangun keluarga sebagai pasangan yang abadi hingga di surga.

Seperti cinta yang lembut, menggemaskan dan menghangatkan.

Seperti pakaian dan pemakainya. Pas bingit. Selain itu ketika kita memakainya merasa kenyamanan hadir dalam jiwa kita.

Sperti pakaian juga yg tetap gaul tapi ma'ruf. Yang tetap gaul tapi sesuai syariat.



Seperti matahari pagi yang menyejukkan

Seperti matahari sore yg menghangatkan



keluarga sakinah dlm 4 pilar.

1. Memiliki kecenderungan kpd agama

2. Yg muda menghormati yg tua dan yg tua menyayangi yg muda.

3. Komunikasi berjalan ϑengαή baik

4. Saling memberi ruang antar pasangan dg menerima setiap kekurang dan tak hanya sanggup menerima sgl kelebiihannya.



Rasulullah menggambarkan ada 4 hal yg mendukung keluarga untk mjd samara.



1. Pasangan yg shalih shalihah

2. Anak yg berbakti

3. Lingkungan sosial yg sehat

4. Kecukupan rizki utk memenuhi kebutuhannya



Kami kira cukup. Smg bermanfaat. Dan smg bisa menghadirkan samara di depan mata. Romantis yang indah itu terjadi ketika hujan turun teramat deras sementara sang istri berteguh sikap untuk mengaji, sang suami katakan, "Biar kuantar saja." Sang istri menolak, sambil katakan, "Aku bisa berangkat sendiri, Mas. Tak usahlah diantar." Mereka pun berdebat. Bukan untuk saling menjatuhkan, tapi untuk saling memuliakan. Sang suami katakan, "Adalah sebuah kebaikan mengantar kekasih yang menempuhi jalan kebajikan. Kumohon biarlah aku antar." Di tengah guyuran hujan suami istri terlihat begitu jelita.



Romantis yang mempesona itu terlihat ketika sang suami berujar, "Aku berharap di saat kematianku aku terbaring dalam pangkuanmu." Dengan tersenyum sang istri katakan, "Mas, dan ketahuilah bahwa saat Allah memanggilku kelak, engkau adalah salah seorang yang menyolatkan dan mendoakanku. Dan menjaga anak2 hingga ia menjadi hamba Allah yg penuh ketaatan" Lalu, mereka pun menangis dalam pelukan penuh kasih sayang berharap Allah limpahkan kebarakahan

Contoh membangun romantisme tdk sll tatap mk via hp bs

Percakapanku dg abi. Kalo disuruh milih 3 hal aq milih matahari, bulan dan dirimu. Maksude tanya abi. Jwb q, Aq membutuhkan matahari utk bersinar di siang hari. Bulan di malam hari dan aku butuh dirimu utk menemaniku selamanya:D. Waduh kena deh. Bentar ya aq lg di kantor polsek btp. Jwb abi kmdn. Aku penasaran "koq ke kapolsek? Knp? jwb abi,"Tuk mt bantuan mengamankan cintaku di hatimu. Hehe

Doa Kafaratul Majelis

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu laika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”



http://tarbiahmoeslim.wordpress.com/2014/05/21/ibu-adalah-madrasah-pertama-dan-utama-bagi-anak/









from One Day One Juz's Facebook Wall

Shalawat serta salam teruntuk uswah dan qudwah kita Rasulullah saw Ya Allah Kump...

Shalawat serta salam teruntuk uswah dan qudwah kita Rasulullah saw

Ya Allah Kumpulkan Kami di Surga Mu



Oleh: Umar Hidayat dan Rochma Yulika



Perjalanan biduk rumah tangga ibarat berlayar di tengah lautan. Yang kan menyusuri ombak, melewati palung, menghadapi badain, berlalu di bawah hujan, dan melintasi teriknya matahari. Hal itu tak boleh membuat kita mundur ke belakang atau bahkan menghindarinya.



Justru keadaan seperti itulah Allah sediakan untuk kita belajar. Tak mudah memang dalam keadaan bila kita sedang enak-enaknya berlayar tiba-tiba harus hal-hal di atas. Tapi justru itu kita belajar untuk bertahan dan akhirnya mampu melalui segala kesulitan tersebut.

Bukankan Allah sudah menyiapkan segala yang kita butuhkan untuk bisa kuat menjalani semua ini?



Ia seperti bahtera yang berlayar di lautan selalu berlayar menyusuri obak, melewati palung, menghadapi badai, hujan dan terik matahari, tak harus membuat kita berangsur mundur ke belakang atau bahkan menghindarinya. Justru semua itu Allah sediakan untuk kita arungi. Untuk belajar bertahan ditengah suasana yang tak diharapkan.



Ja yang lepas dari bimbingan dan tidak sejalan dengan maksud Allah akan adanya pernikahan, hanya akan menghasilkan keluarga yang tak menentramkan dan hilangnya kasihsayang antar mereka. Hidup tanpa berpijak pada aturan Allah seperti berjalan tak bertepi, mengarungi samudra yang tak bertepi, atau penderitaan yang tak berkesudahan. Bukankah Fir’aun sang raja tak kuasa ditelan lautan? Bukankah Qorun yang teramat kaya berakhir ditelan bumi? Seperti Namrudz yang gagah, kejam dan bengis, ternyata riwayat hidupnya dihabisi di tangan lalat?

Atau segemuruh cemburu yang membakar hati Sarah, tapi toh ia Ikhlas menyarankan Ibrahim bersanding dengan Hajar. Seberat rasa Yusuf ketika digoda Zulaikha, tapi toh cintanya tertumpah dalam malihai ridloNya.



Setegar Sayyidah Rahmah setia mendampingi Ayub saat 18 tahun diuji derita yang mendahsyat, tapi toh Allah mempertemukan kerinduan mereka di jalan penghambaan padaNya. Sekuasa Balqis yang merajai negerinya, tapi toh ia tertunduk bersanding dengan Sulaiman dalam kekuasaanNya.



Maka tak ada artinya apa-apa kehidupan berumahtangga bila tanpa melibatkan Allah. Tanpa merasa Allah membersamai kita. Maka bangunlah kehidupan rumahtangga itu dalam maligai kehendakNya.



Dalam genggaman aturanNya. Ideal memang. Tapi faktanya sesuatu yang ideal itu tidak dialami oleh semua rumah tangga. Atau tidak terjadi mendadak. Ada proses yang harus dilaluinya dan ditopang oleh pilar-pilar yang kokoh, yang harus di perjuangan, butuh waktu serta pengorbanan terlebih dahulu. Maka seperti apakah Sakinah Mawadah?

Adakah mutiara sakinah di rumah kita?

Hidup tanpa berpijak pada aturan Allah seperti berjalan tanpa arah, mengarungi samudera tak berpantai atau penderitaan yang tak berkesudahan.



Kehidupan berumah tangga tak ada arinya tanpa melibatkan Allahmembersamai kita. Maka bangunlah kehidupan rumah tangga dalam mahligai kehendak Nya. Dalam genggaman aturan Nya. Agar kita ditolong dan diselamatkan Allah.



Membangun keluarga sebagai pasangan yang abadi hingga di surga.

Seperti cinta yang lembut, menggemaskan dan menghangatkan.

Seperti pakaian dan pemakainya. Pas bingit. Selain itu ketika kita memakainya merasa kenyamanan hadir dalam jiwa kita.

Sperti pakaian juga yg tetap gaul tapi ma'ruf. Yang tetap gaul tapi sesuai syariat.



Seperti matahari pagi yang menyejukkan

Seperti matahari sore yg menghangatkan



keluarga sakinah dlm 4 pilar.

1. Memiliki kecenderungan kpd agama

2. Yg muda menghormati yg tua dan yg tua menyayangi yg muda.

3. Komunikasi berjalan ϑengαή baik

4. Saling memberi ruang antar pasangan dg menerima setiap kekurang dan tak hanya sanggup menerima sgl kelebiihannya.



Rasulullah menggambarkan ada 4 hal yg mendukung keluarga untk mjd samara.



1. Pasangan yg shalih shalihah

2. Anak yg berbakti

3. Lingkungan sosial yg sehat

4. Kecukupan rizki utk memenuhi kebutuhannya



Kami kira cukup. Smg bermanfaat. Dan smg bisa menghadirkan samara di depan mata. Romantis yang indah itu terjadi ketika hujan turun teramat deras sementara sang istri berteguh sikap untuk mengaji, sang suami katakan, "Biar kuantar saja." Sang istri menolak, sambil katakan, "Aku bisa berangkat sendiri, Mas. Tak usahlah diantar." Mereka pun berdebat. Bukan untuk saling menjatuhkan, tapi untuk saling memuliakan. Sang suami katakan, "Adalah sebuah kebaikan mengantar kekasih yang menempuhi jalan kebajikan. Kumohon biarlah aku antar." Di tengah guyuran hujan suami istri terlihat begitu jelita.



Romantis yang mempesona itu terlihat ketika sang suami berujar, "Aku berharap di saat kematianku aku terbaring dalam pangkuanmu." Dengan tersenyum sang istri katakan, "Mas, dan ketahuilah bahwa saat Allah memanggilku kelak, engkau adalah salah seorang yang menyolatkan dan mendoakanku. Dan menjaga anak2 hingga ia menjadi hamba Allah yg penuh ketaatan" Lalu, mereka pun menangis dalam pelukan penuh kasih sayang berharap Allah limpahkan kebarakahan

Contoh membangun romantisme tdk sll tatap mk via hp bs

Percakapanku dg abi. Kalo disuruh milih 3 hal aq milih matahari, bulan dan dirimu. Maksude tanya abi. Jwb q, Aq membutuhkan matahari utk bersinar di siang hari. Bulan di malam hari dan aku butuh dirimu utk menemaniku selamanya:D. Waduh kena deh. Bentar ya aq lg di kantor polsek btp. Jwb abi kmdn. Aku penasaran "koq ke kapolsek? Knp? jwb abi,"Tuk mt bantuan mengamankan cintaku di hatimu. Hehe

Doa Kafaratul Majelis

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu laika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”



http://tarbiahmoeslim.wordpress.com/2014/05/21/ibu-adalah-madrasah-pertama-dan-utama-bagi-anak/









from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar