Jadilah sebagian itu

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104)

KARENA MEMANG ALLAH SWT SUDAH TETAPKAN TIDAK SEMUA ORANG YANG MENYURU DALAM KEBAJIKAN. DAN JADILAH ORNG YANG SEBGAIAN ITU.

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya mentaati kesabaran.” (Al Ashr: 1-3)

INGAT AYAT INI SUNGGUH LUARRRR BIASA..
DAN JAGAN PERNAH BERHENTI UNTUK BERDAQWAH..

“Perumpamaan orang yang berpegang dengan hukum-hukum Allah dan yang melanggarnya itu bagaikan kaum yang sama-sama menaiki kapal, sebagian ada yang di atas dan sebagian ada yang di bawah, orang-orang yang berada di bawah apabila ingin mengambil air mereka mesti melalui orang-orang yang berada di atas, la1u orang-orang yang di bawah itu berkata, “Seandainya kita lubangi (kapal ini) untuk memenuhi kebutuhan kita maka kita tidak usah mengganggu orang-orang yang ada di atas kita!” Maka jika orang-orang yang di atas itu membiarkan kemauan mereka yang di bawah, akan tenggelamlah semuanya, dan jika mereka menahan tangan orang-orang, yang di bawah, maka akan selamat, dari selamatlah semuanya.” (HR. Bukhari)

DAN JADILAH “dan jika mereka menahan tangan orang-orang, yang di bawah, maka akan selamat, dari selamatlah semuanya.” (HR. Bukhari)”

Lebih buruk dari apa yang telah kita sebutkan adalah jika hati masyarakat itu telah mati atau paling tidak sakit, setelah lamanya bergaul dengan kemungkaran dan mendiamkannya, sehingga kehilangan rasa keberagamaan dan akhlaqnya. Yang dengan perasaan itu akan diketahui yang ma ruf dari yang mungkar. Mereka telah kehilangan kecerdasan yang (seharusnya) mampu membedakan antara yang baik dengan yang buruk, yang halal dan yang haram, yang lurus dan yang menyimpang, maka ketika itu rusaklah standar masyarakat. Sehingga mereka melihat perkara yang sunnah menjadi bid’ah, yang bid’ah menjadi sunnah. Gejala lain adalah apa yang saat ini kita lihat dan rasakan di kalangan kebanyakan anak-anak kaum Muslimin, yaitu anggapan bahwa beragama itu suatu kemunduran, istiqamah itu kuno dan teguh dalam pendirian justru dianggap jumud (beku), sementara kemaksiatan dikatakan sebagai seni, kekufuran menjadi sebuah kebebasan, dekadensi moral menjadi suatu kemajuan dan memanfaatkan warisan salaf dianggap keterbelakangan dalam berfikir. Sampai pada hal-hal yang tidak kita ketahui, atau dengan kata lain yang singkat, yang ma’ruf telah menjadi munkar, dan yang munkar telah menjadi ma’ruf dalam pandangan mereka.

Lebih buruk dari itu semua ketika suara kebenaran itu mulai meredup (hilang), sementara teriakan kebathilan semakin menggelora memenuhi seluruh penjuru dunia untuk mengajak pada kerusakan, memerintahkan untuk berbuat kemungkaran dan melarang dari yang ma’ruf. Itulah teriakan orang-orang yang ciri-cirinya telah disebutkan di dalam hadits Rasulullah SAU: bahwa mereka adalah “Du’aat ‘ala abwaabi jahannam, man ajaa-bahum ilahaa qadzafuuhu jahannam,” barangsiapa menyambut ajakan mereka, maka mereka akan melemparkannya ke neraka jahannam.

Tetapi para da’i ilallah, orang-orang yang beramar ma’ruf nahi munkar dan para pelindung dan pembangkit agama Allah, suara mereka masih tetap kuat bersama kebenaran (yang dibawanya), meskipun suara kebatilan di kanan kirinya terus menggema.

Yang penting adalah memperkuat pelaksanaan kewajiban yang besar ini dan menghidupkannya kembali, serta menghidupkan aktifitas dakwah, yang dengannya akan sanggup melaksanakan syiar ini dalam kehidupan yang nyata. Dan para da’i dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat Islam.

Jika sebagian manusia dewasa ini berbicara tentang pentingnya membentuk opini umum dan pengaruhnya dalam mengawasi dan memelihara prinsip-prinsip umat, akhlaq, moral dan kepentingannya serta meluruskan apa-apa yang dianggap bengkok (tidak benar) dari masalah-masalah kehidupannya, maka kewajiban beramar ma’ruf nahi munkar adalah sarana terbaik yang menjamin tercapainya tujuan tersebut untuk membentuk opini umum yang bersandar pada standar akhlak Islami, tata susila yang paling benar, paling adil, paling kekal dan paling kuat, karena standar itu diambil dari Al Haq yang ‘azli dan abadi, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kullun ya’malu ‘alaa syaakilatih,
setiap orang mengamalkan sesuai profesinya masing-masing.
dan Apa yang sudah anda perbuat untuk islam???

Al khaqqu bilaa nidhoomin yaghlibuhul baathilu binidhoomin
Kebenaran tanpa pengorganisasian yang baik akan dikalahkan oleh kebathilan yang
terorganisasi dengan rapi.

Hadana Allahu wa iyyakum ila shirathin mustaqim bi ‘aqidati ahlussunnah wal jama’ah.
Semoga Allah memberi hidayah kepada kita, dengan aqidah Ahlussunnah wal jama’ah

http://ift.tt/1LaY3GV




from One Day One Juz's Facebook Wall

Jadilah sebagian itu “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang me...

Jadilah sebagian itu

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104)

KARENA MEMANG ALLAH SWT SUDAH TETAPKAN TIDAK SEMUA ORANG YANG MENYURU DALAM KEBAJIKAN. DAN JADILAH ORNG YANG SEBGAIAN ITU.

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya mentaati kesabaran.” (Al Ashr: 1-3)

INGAT AYAT INI SUNGGUH LUARRRR BIASA..
DAN JAGAN PERNAH BERHENTI UNTUK BERDAQWAH..

“Perumpamaan orang yang berpegang dengan hukum-hukum Allah dan yang melanggarnya itu bagaikan kaum yang sama-sama menaiki kapal, sebagian ada yang di atas dan sebagian ada yang di bawah, orang-orang yang berada di bawah apabila ingin mengambil air mereka mesti melalui orang-orang yang berada di atas, la1u orang-orang yang di bawah itu berkata, “Seandainya kita lubangi (kapal ini) untuk memenuhi kebutuhan kita maka kita tidak usah mengganggu orang-orang yang ada di atas kita!” Maka jika orang-orang yang di atas itu membiarkan kemauan mereka yang di bawah, akan tenggelamlah semuanya, dan jika mereka menahan tangan orang-orang, yang di bawah, maka akan selamat, dari selamatlah semuanya.” (HR. Bukhari)

DAN JADILAH “dan jika mereka menahan tangan orang-orang, yang di bawah, maka akan selamat, dari selamatlah semuanya.” (HR. Bukhari)”

Lebih buruk dari apa yang telah kita sebutkan adalah jika hati masyarakat itu telah mati atau paling tidak sakit, setelah lamanya bergaul dengan kemungkaran dan mendiamkannya, sehingga kehilangan rasa keberagamaan dan akhlaqnya. Yang dengan perasaan itu akan diketahui yang ma ruf dari yang mungkar. Mereka telah kehilangan kecerdasan yang (seharusnya) mampu membedakan antara yang baik dengan yang buruk, yang halal dan yang haram, yang lurus dan yang menyimpang, maka ketika itu rusaklah standar masyarakat. Sehingga mereka melihat perkara yang sunnah menjadi bid’ah, yang bid’ah menjadi sunnah. Gejala lain adalah apa yang saat ini kita lihat dan rasakan di kalangan kebanyakan anak-anak kaum Muslimin, yaitu anggapan bahwa beragama itu suatu kemunduran, istiqamah itu kuno dan teguh dalam pendirian justru dianggap jumud (beku), sementara kemaksiatan dikatakan sebagai seni, kekufuran menjadi sebuah kebebasan, dekadensi moral menjadi suatu kemajuan dan memanfaatkan warisan salaf dianggap keterbelakangan dalam berfikir. Sampai pada hal-hal yang tidak kita ketahui, atau dengan kata lain yang singkat, yang ma’ruf telah menjadi munkar, dan yang munkar telah menjadi ma’ruf dalam pandangan mereka.

Lebih buruk dari itu semua ketika suara kebenaran itu mulai meredup (hilang), sementara teriakan kebathilan semakin menggelora memenuhi seluruh penjuru dunia untuk mengajak pada kerusakan, memerintahkan untuk berbuat kemungkaran dan melarang dari yang ma’ruf. Itulah teriakan orang-orang yang ciri-cirinya telah disebutkan di dalam hadits Rasulullah SAU: bahwa mereka adalah “Du’aat ‘ala abwaabi jahannam, man ajaa-bahum ilahaa qadzafuuhu jahannam,” barangsiapa menyambut ajakan mereka, maka mereka akan melemparkannya ke neraka jahannam.

Tetapi para da’i ilallah, orang-orang yang beramar ma’ruf nahi munkar dan para pelindung dan pembangkit agama Allah, suara mereka masih tetap kuat bersama kebenaran (yang dibawanya), meskipun suara kebatilan di kanan kirinya terus menggema.

Yang penting adalah memperkuat pelaksanaan kewajiban yang besar ini dan menghidupkannya kembali, serta menghidupkan aktifitas dakwah, yang dengannya akan sanggup melaksanakan syiar ini dalam kehidupan yang nyata. Dan para da’i dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat Islam.

Jika sebagian manusia dewasa ini berbicara tentang pentingnya membentuk opini umum dan pengaruhnya dalam mengawasi dan memelihara prinsip-prinsip umat, akhlaq, moral dan kepentingannya serta meluruskan apa-apa yang dianggap bengkok (tidak benar) dari masalah-masalah kehidupannya, maka kewajiban beramar ma’ruf nahi munkar adalah sarana terbaik yang menjamin tercapainya tujuan tersebut untuk membentuk opini umum yang bersandar pada standar akhlak Islami, tata susila yang paling benar, paling adil, paling kekal dan paling kuat, karena standar itu diambil dari Al Haq yang ‘azli dan abadi, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kullun ya’malu ‘alaa syaakilatih,
setiap orang mengamalkan sesuai profesinya masing-masing.
dan Apa yang sudah anda perbuat untuk islam???

Al khaqqu bilaa nidhoomin yaghlibuhul baathilu binidhoomin
Kebenaran tanpa pengorganisasian yang baik akan dikalahkan oleh kebathilan yang
terorganisasi dengan rapi.

Hadana Allahu wa iyyakum ila shirathin mustaqim bi ‘aqidati ahlussunnah wal jama’ah.
Semoga Allah memberi hidayah kepada kita, dengan aqidah Ahlussunnah wal jama’ah

http://ift.tt/1LaY3GV




from One Day One Juz's Facebook Wall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar